Tak hanya dari sang ASN, kekejian tersebut juga diterima para ART dari ibu majikan yang biasa disapa Oma.
Bahkan para ART saat bekerja di rumah tersebut harus lepas dalaman.
Mereka lalu diberi baju yang tidak layak saat bekerja.
DL (24) dan DR (15) serta ART lainnya yang bekerja di rumah si ASN keji mengungkapkan pengalamannya, seperti dilansir dari Tribun Lampung.
DL bercerita dirinya harus mencopot baju dan menggantinya dengan baju robek-robek yang disediakan majikan perempuannya.
Semua barang bawaan seperti pakaian, termasuk kartu identitasnya, disita sesaat setelah menginjakkan kaki di rumah majikannya.
"Selama bekerja tidak boleh pakai pakaian dalam dan diberikan baju yang tidak layak," ujar DL di Polresta Bandar Lampung pada Rabu (24/5/2023), masih membawa luka sayatan yang baru akibat cakaran.
Berbilang bulan tinggal di sana, DL mulai merasakan siksaan.
Bukan dari majikannya yang ASN ini, tapi dari ibunya yang biasa disapa Oma.
DL ditampar, ditendang, hingga ditelanjangi.
"Oma sering main tangan. Saya sering ditampar, ditendang juga," ungkap DL.
Kala itu majikannya yang ASN masih berada di Thailand.
Setibanya di rumah, sang majikan malah lebih-lebih dari ibunya kalau menyiksa.
DL bahkan pernah dianiaya dalam kondisi telanjang bulat gara-gara kurang bersih menyapu.
Saat itu DL sedang mandi dan tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka.
Tanpa ngomong apa-apa, majikan menyeret tubuhnya yang masih bersabun lalu memintanya menyapu kotoran.
Si ASN dan suaminya ini tinggal di Perumahan Nusantara di Sukarame.
Di rumah yang menampung lima ART tersebut tinggal kedua orang tua SA.
SA memiliki tiga anak yang masih kecil-kecil.
Menurut kesepakatan awal dengan makelar, DL statusnya sebagai pengasuh anak majikan saja.
Tapi belakangan semua pekerjaan rumah harus dipegangnya.
DR, rekan DL, mengalami nasib yang tak kalah buruk karena sudah bekerja sudah setahun.
Kelima ART kerap mendapat penganiayaan dari majikan dan ibunya.
Padahal DL awalnya sempat ditawari kerja di perumahan Citra Land di Kecamatan Tanjungkarang Barat dengan gaji Rp2,2 juta.
Belakangan makelarnya memindahkan DL ke majikan bengis.
DL sempat curiga, biasanya seorang ART akan berbicara lewat video call dengan calon majikannya, begitu pun sebaliknya.
Tapi si ASN ini menolak dan lebih mengontak DL lewat telepon biasa.
Sejak pertama kali bekerja, DL sudah bisa menandai sifat asli majikannya tersebut kasar dan ringan tangan ke kelima ART, termasuk dirinya.
Seperti teman-temannya yang lain, DL yang baru bekerja tiga bulan terhitung 10 Februari 2023, juga pernah merasakan disuruh mengepel lantai tanpa busana.
"Pernah saya dipaksa menyapu dan mengepel oleh majikan saya dengan keadaan tidak mengenakan sehelai pakaian di badan," cerita DL saat membuat laporan polisi.
Padahal DL hanya sedikit melakukan kesalahan kecil.
Waktu itu ibu si majikan yang biasa disapa Oma selesai menggunting obat, bekasnya tak terbuang rapi.
Majikan ini melihat dan mengira DL belum menyapu dan mengepel.
Akhirnya DL diminta sang majikan kembali menyapu dan mengepel dalam posisi tidak memakai busana.
Bahkan menurut DL, dirinya mendapat siksaan terjadwal dari majikannya yang ASN.
"Majikan menganiaya saya setiap Senin. Dia pakai seragam cokelat dan terlihat tulisan Rawalaut," ucap DL menceritakan kebiasaan buruk majikan.
Tak tanggung-tanggung, jika majikannya menyiksa, tinju kerap mendarat di kepala DL, selain tamparan.
Pernah sang majikan sampai tega menginjak bagian mata DL.
Ia heran, kenapa majikannya yang menjadi abdi negara begitu keji sampai menendang punggung dan dadanya setiap hari.
"Saya heran dengan majikan saya ini. Sebagai ASN kok seperti itu dan padahal kakaknya sebagai polisi," ucap DL.
DL tercatat sebagai warga Kabupaten Pringsewu, sedangkan DW beralamat di Kabupaten Pesawaran.
Tapi keduanya sudah tak kuat disiksa majikannya tersebut.
Ketakutan yang sudah membatu akibat perlakuan kasar majikan, mendorong mereka kabur dari rumah majikannya.
Mereka sampai harus memanjat tower pada 8 Mei 2023 saat subuh.
Pagar tinggi pun mereka lompati hingga akhirnya bertemu orang yang mau menolongnya kabur.
Pernah ada ART kabur tapi tertangkap lagi.
Mereka yang masih tinggal sampai sekarang terkunci dengan ancaman majikan.
Jika ketahuan kabur lagi, majikan akan menyebarkan video mereka bugil lagi kerja.
"Teman saya yang tiga orang itu masih bekerja di sana. Mereka takut video telanjangnya disebar."
"Mereka pernah dipaksa telanjang terus divideoin," ucap DL di Polresta Bandar Lampung pada Rabu (24/5/2023).
Mirisnya, dari DL masuk bekerja sampai kabur dari rumah pada 8 Mei 2023, belum pernah sekalipun mendapat gaji dari si majikannya tersebut.
Kini DL sudah merasa aman balik ke rumahnya di Pringsewu.
Ia sudah visum dan melaporkan majikannya yang ASN dan ibunya atas dugaan penganiayaan ke Polres Bandar Lampung.
Keduanya berharap, majikannya yang ASN dan Oma mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatan keji selama ini.
Polisi yang cepat merespons laporan mereka langsung memeriksa SA dan ibunya SD pada Kamis (25/5/2023) malam hingga Jumat (26/5/2025), sekitar pukul 03.41 WIB.
Dalam pemeriksaan tersebut, penyidik turut menghadirkan DL dan DR guna diambil keterangannya.
Setelah penyidik melakukan gelar perkara, SA dan SD pun ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
"Kita lakukan penahanan guna proses penyidikan lebih lanjut," ucap Kasat Reskrim Polresta Bandar Lampung, Kompol Dennis Arya Putra, kepada Tribun Lampung pada Jumat (26/5/2023).
Dennis memastikan, penganiayaan terhadap DR dan DL berlangsung di rumah SD dan SA di Gang Kenari, Sukabumi, Bandar Lampung.
Menurut dia, kedua tersangka menganiaya karena tidak puas dengan hasil pekerjaan korban sebagai ART.
Ia pun membenarkan para korban belum pernah menerima gaji sebagai ART dari tersangka.
Dalam pengusutan kasus ini, Satreskrim Polresta Bandar Lampung dan TP2A didampingi Unit Renakta Polda Lampung.
Kedua tersangka dijerat Pasal 44 dan Pasal 45 UU KDRT serta Pasal 80 UU Perlindungan Anak.
Penyidik masih memdalami kasus ini termasuk meminta keterangan para saksi.
Ia juga sambil menunggu hasil visum dua ART yang berhasil kabur dari rumah majikannya.
Ia memastikan, pendalaman ini termasuk untuk menggali motif para tersangka sampai tega menganiaya lima ART-nya.
Apakah dipicu masalah internal atau masalah lain.