Berita Jatim

Kiriman Sate Berakibat Petaka, Puluhan Santri Mendadak Mual, Terasa Sakit dan Panas Jelang Subuh

Penulis: Imam Nawawi
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses evakuasi santriwati Pondok Pesantren Al-Hasani Al-Latifhi Kauman Kecamatan Bondowoso, Kabupaten Bondowoso yang mengalami keracunan massal, rupanya terus bertambah, Selasa (4/7/2023)

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi

TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO- Akibat makan sate kambing, puluhan santri keracunan massal.

Badan mereka awalnya terasa sakit, dan panas lalu mual.

Puluhan Santriwati di Pondok Pesantren (Ponpes) Kauman Al-Hasani Al-Lathifi atau Kunuuzul Imam Kota Kulon Kecamatan/Kabupaten Bondowoso diare massal, menjadi perhatian publik hingga sekarang, Rabu (5/7/2023)

Para korban yang diduga mengalami keracunan ini, harus menjalani perawatan di tujuh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan tiga rumah sakit di Bondowoso Kota.

Santriwati yang tidak mau disebutkan namanya, mengaku merasa mual beberapa jam, seusai menyantap daging kambing di malam harinya.

"Makan kiriman dari anak-anak (santriwati), berupa nasi biasa. Ada satenya (Kambing) dan gulai," ujarnya saat ditemui di kamar rawat inap di Puskesmas Kota Kulon Bondowoso.

Menurutnya, rasa sakit tersebut mulai terasa saat menjelang salat Subuh, Selasa (4/7/2023). Kata dia, pada masa itu seluruh badan terasa panas.

"Awalnya panas, kemudian paginya muntah-muntah serta diare," kata santriwati yang masih kelas 3 Diniyah di Ponpes tersebut.

Baca juga: Penuturan Warga Surabaya yang Keracunan Makanan Olahan Daging Kurban, Bumbu Sate Jadi Pemicu?

Santriwati asal Kecamatan Pakem Bondowoso ini menuturkan ketika mulai merasa mual. Ternyata teman-teman di pondok banyak merasakan sakit yang sama.

"Karena bareng-bareng sakitnya. Kayak di kamar itu bareng sakitnya," tuturnya.

Setelah sehari satu malam di rawat di Puskesmas Kota Kulon. Dia mengaku kondisi tubuhnya sudah mulai membaik.

"Sudah agak mendingan sudah. Gak mual lagi," paparnya.

Sementara, Kepala Puskesmas Kota Kulon Bondowoso Ahmad Mansur mengatakan sekarang ada sepuluh santriwati yang sedang menjalani rawat inap.

"Sebenarnya tadi pagi ada 11 santriwati. Tetapi setengah jam yang lalu, ada satu orang yang diperbolehkan pulang. Karena kondisinya sudah stabil," ungkapnya.

Mansur mengungkapkan total korban yang ditangani Puskesmas Kota Kulon sebanyak sebanyak 18 santriwati, yang mengalami diare massal.

"Totalnya ada 18 orang, 11 orang dirawat inap sementara 7 orang dirawat jalan," jlentrehnya.

Dia mengatakan para korban mengeluh mual hingga muntah muntah. Bahkan sampai mengalami dehidrasi sehingga harus diinfus.

"Sehingga harus diinfus, karena banyak yang lemas, akibat mual mual dan muntah muntah," papar Mansur.

Diperkirakan sakit yang mereka rasakan, kata Mansur, para korban mengalami mual massal, karena makanan yang mereka konsumsi.

"Untuk penyebab pastinya, masih menunggu hasil uji lab dari sample yang telah diambil," tuturnya.


Diberitakan sebelumnya, Ketua Pengawas Yayasan Ponpes Kunuuzul Imam Kauman Bondowoso Suheri mengungkapkan jumlah korban yang mengalami gangguan pencernaan, hanya 87 santriwati.

"Kalau di media itu datanya seratus lebih. Tetapi data kami by name hanya ada 87," klaimnya.

Menurutnya, adanya perbedaan data tersebut karena adanya double nama korban. Sebab ketika peristiwa terjadi santriwati dirawat di beberapa fasilitas kesehatan pemerintah.

"Karena saat dilarikan ke puskesmas terdekat, itu tidak mampu menampung. Sehingga harus dilarikan ke Puskesmas yang lain. Sehingga terjadi doble data," ucapnya.

Sementara data dari Posko Pengaduan Dinas Kesehatan Bondowoso mencatat ada 102 santriwati, yang mengalami gangguan pencernaan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bondowoso Tuhu Suryono mengungkapkan ratusan korban tersebut, sebagian dari mereka ada yang menjalani rawat inap di Rumah sakit dan Puskesmas.

"Total 102 korban, 61 di antaranya menjalani rawat Inap dan 41 di dawat Jalan," paparnya.

Peristiwa semacam itu sebelumnya juga terjadi di Surabaya, beberapa waktu lalu.

Sebanyak 71 warga Kalilom Lor Indah Seruni II, Kenjeran, Surabaya, dirawat di dua rumah sakit dan dua puskesmas berbeda, usai ramai-ramai menyantap masakan daging kurban.

Dugaan awal, mereka mengalami keracunan massal.

Aparat kepolisian pun tengah mendalami kasus tersebut.

Insiden ini bermula pada Kamis (29/6/2023) pagi usai penyembelihan hewan kurban.

Malam harinya, warga menggelar tradisi kumpul-kumpul dengan agenda makan masakan daging kurban.

Menunya terdiri dari sate, gule, dan krengsengan.

Diperkirakan, acara itu dihadiri sekitar 80 orang.

Pada Jumat (30/6/2023), banyak anak-anak hingga orang dewasa mengalami gejala dugaan keracunan.

Adapun gejala yang dialami berupa demam, mual, muntah-muntah, hingga diare.

Seperti yang dialami Sami Is (53) bersama dua anak dan istrinya yang harus dirawat di Puskesmas Tanah Kali Kedinding selama dua hari setelah makan masakan itu.

"Rasanya badan lemas. Dibuat jalan badan serasa seperti mau pingsan," kata Sami Is.

Menurut informasi yang berhasil dihimpun, menu masakan daging kurban tersebut dimasak oleh salah seorang warga setempat.

Namun beberapa warga juga ada yang ikut membantu.

Saat banyak warga yang mengeluh gejala keracunan, ada salah seorang keluarga si pemasak mengalami hal yang sama.

Kapolsek Kenjeran, Kompol Ardi Purboyo mengatakan, kasus ini ditangani polisi sejak Sabtu (1/7/2023).

Itu setelah camat setempat melaporkan insiden tersebut.

Langkah polisi kemudian mengambil sampling makanan untuk diteliti dan sejumlah petinggi, seperti camat, lurah, serta RT/RW telah dimintai keterangan.

"Kami dibantu Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak untuk mendalami makanan daging kurban diduga terkontaminasi racun," kata Kompol Ardi Purboyo.

Penyelidikan insiden ini masih dalam tahap observasi.

Pihaknya masih enggan menerka apakah kasus tersebut ada unsur pidana atau tidak.

Sebab tahap menghimpun keterangan saksi-saksi, masih belum dikerjakan secara maksimal.

"Rata-rata saksi adalah para korban. Banyak di antara mereka yang sekarang kondisinya belum stabil, sehingga keterangan belum layak dijadikan paramater," ucapnya.

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini