Dan yang paling krusial ialah hantaran bola pertama kepada tosser menjadi kunci.
Libero ataupun pemain Indonesia yang kali pertama melakukan passing menjadi titik krusial dalam permainan.
Jika bola yang diberikan kepada setter bagus, maka Dio maupun Nizar jelas tak akan kesulitan untuk mengkreasikan dalam bentuk serangan yang atraktif.
Namun jika sebaliknya, maka opsi serangan sudah bisa ditebak, yakni open spike.
Kemudian dari segi block, Timnas voli putra Indonesia menunjukkan kesolidannya saat menghadapi Bahrain.
Akan tetapi tidak ada salahnya jika Hendra Kurniawan cs menggalang block lebih ketat dari laga sebelumnya.
Manajer timnas voli putra Indonesia, Loudry Maspaitella, pun mengatakan hal yang sama.
Tim lawan memiliki postur yang tinggi dan menang dalam hal power pukulan smes.
Namun skuad Timnas voli putra Indonesia juga memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas permainan.
"Memang, jika dibandingkan dengan masa saat saya bermain, pemain Kazakhstan sekarang memiliki tinggi yang lebih pendek," ucap Loudry, dikutip dari BolaSport.
"Namun, rata-rata tinggi mereka tetap lebih tinggi dan badannya lebih besar daripada kita. Mereka seperti raksasa dengan tubuh yang besar, mirip orang bule."
"Blok mereka sangat kuat," ujar mantan toser nasional dari era 1990-2000-an ini.
"Bola harus diumpan dan diarahkan jauh dari blok. Penerimaan bola pertama harus baik sehingga para toser dapat melakukan variasi permainan," tutur Loudry.
Timnas voli putra Indonesia juga tak kalah apik dalam kualitas block.
Hernanda Zulfi, Hendra Kurniawan, bahkan M Malizi memiliki keunggulan untuk melakukan tugas tersebut.