Berita Ponorogo

1 Suro, Tumpeng Agung Dilarung di Telaga Ngebel Ponorogo, Kang Giri Ungkap Maknanya

Editor: Taufiqur Rohman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

1 Suro, Tumpeng Agung Dilarung di Telaga Ngebel Ponorogo, Rabu (19/7/2023).

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Memperingati 1 suro atau 1 Muharam, pemerintah kabupaten (Pemkab) Ponorogo menggelar larungan di Telaga Ngebel, Rabu (19/7/2023).

Ini merupakan tradisi turun menurun menyongsong tahun baru penanggalan Jawa.

Pantauan di lokasi, ada 4 tumpeng yang disediakan panitia. 3 merupakan tumpeng purak yang diperebutkan oleh warga.

Sedangkan satu lainnya merupakan tumpeng agung yang dilarung di Telaga Ngebel.

1 Suro, Tumpeng Agung Dilarung di Telaga Ngebel Ponorogo, Rabu (19/7/2023). (TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum)

Tiga tumpeng purak tersebut, 1 tumpeng berisi sayur-sayuran. 2 tumpeng lainnya berisi buah-buahan. Ada yang berbeda, tumpeng buah kali ini ada buah durian.

Sebelum dilarung maupun diperebutkan, tumpeng-tumpeng tersebut dikirab keliling Telaga Ngebel dengan menggunakan kendaraan roda empat.

Baca juga: Pemkab Ponorogo Gelar Festival Reog Remaja, Bupati Kang Giri: Langkah Konkret Buat Reog Abadi

Tumpeng agung kemudian diletakkan di atas rakit untuk dilarung ke tengah telaga.

Sementara 3 tumpeng sayur dan buah, diperebutkan warga untuk mendapatkan berkah.

“Makna larungan sesungguhnya ini tradisi, lalu bentuk doa diartikan atau diimplementasikan dengan doa teatrikal, doa dengan simbol-simbol."

"Maka diberangkatkan dengan salawatan, tarian, tradisi luar biasa, harus uri-uri,” ujar Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko.

Dia memaknai itu, betapa warga Ponorogo bersyukur terhadap ketetapan Allah SWT. Pun perihal tumpeng agung yang dilarung merupakan beras merah.

“Ikan butuh makan dilarung beras nasi, bagian panenan ikan makan. Ikan sehat organik,” kata Kang Giri—sapaan akrab—Sugiri Sancoko, setelah larung sesaji.

Menurutnya, ke depan tradisi larungan di Telaga Ngebel bakal dibesarkan.

Tidak hanya tumpeng porak 3 buah. Tetapi akan lebih banyak dengan isi yang berbeda bukan sekedar hasil bumi.

“Kita ingin tumpeng UMKM DESA A punya kripik tempe, itu tumpeng tempe kita porak, kemudian desa B ada manggis atau durian, biar dapat tumpeng, kita lombakan biar ramai,” terangnya.

Halaman
12

Berita Terkini