Ia juga menegaskan, masyarakat tidak perlu menggunakan alat bantu untuk melihat fenomena supermoon tersebut.
Baca juga: Arti Kata Risky Text, Istilah yang Sedang Viral di TikTok, Bahasa Inggris yang Jadi Bahasa Gaul
Menurutnya, tidak ada waktu puncak yang signifikan untuk menyaksikan supermoon.
"Sepanjang malam tidak akan terasa perbedaannya. Selama cuaca mendukung sepanjang malam, Bulan (supermoon) akan tampak terang," ungkapnya.
Menurutnya, supermoon pun tidak akan berefek berbahaya terhadap Bumi termasuk Indonesia.
“Tetapi mungkin akan ada perubahan pada pasang surut air laut,” kata dia.
Asal-usul istilah supermoon
Dikutip dari Space, istilah “supermoon” tidak berasal dari astronomi, melainkan dari astrologi bidang pseudoscientific.
Itu mempelajari pergerakaan benda langit untuk membuat prediksi tentang perilaku dan peristiwa manusia.
Istilah ini pertama kali disebutkan dalam artikel pada 1979 untuk majalah Dell Horoscope oleh Richard Nolle.
Nolle mendefinisikan supermoon sebagai bulan baru atau bulan purnama yang terjadi dengan bulan berada di posisi terdekat dengan Bumi dalam orbit tertentu.
Namun, baru beberapa tahun terakhir ini, istilah supermoon lebih diperhatikan oleh masyarakat Bumi, dimulai sekitar 2004.
Penyebab orbit bulan berbentuk elips Bulan diketahui memiliki jarak rata-rata sejauh 238 ribu mil atau 382.900 km dari Bumi.
Namun apogee (posisi terjauh) dan perigee (posisi terdekat) bulan berubah-ubah karena orbitnya yang berbentuk elips.
“Alasan utama mengapa orbit bulan bukan lingkaran sempurna (elips) adalah karena ada banyak gaya pasang suruh atau gravitasi yang menarik bulan,” ujar ilmuwan NASA Noah Petro.
Ia menambahkan, gravitasi Bumi, matahari, dan planet lain berpengaruh pada orbi bulan.