Berita Viral

Nasib Bayi Kembar Siam Berkaki Enam di Lombok, Dokter sampai Deg-degan saat Tangani Operasi

Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keluarga saat mengantarkan bayi kembar siamnya sebelum operasi

Operasinya pun sukses. Yuliana dan Yuliani pun tumbuh jadi anak sehat dan cerdas.

Setelah bertahun-tahun berlalu, masyarakat pun masih dibuat penasaran dengan kabar terbaru mereka.

Pasalnya, dahulu banyak yang menyangsikan jika keduanya dapat tumbuh menjadi orang yang sukses.

Nah, daripada penasaran, yuk simak kabar terbaru Yuliana dan Yuliani berikut ini.

Baru-baru ini, kisah kembar siam Yuliana dan Yuliani kembali viral di media sosial.

Beredar foto Yuliana dan Yuliani, serta Dokter Padmosantjojo dan istrinya.

Foto itu viral disertai dengan kisah inspiratif mereka.

Foto itu, salah satunya beredar di Grup WhatsApp Aswaja.

Tampak foto tersebut diupload Anggota Fraksi PKB DPR RI asal Sulsel Andi Muawiyah Ramli.

"Masih ingat dengan bayi dempet kepala, Yuliana dan Yuliani?

Kiri berdiri Yuliani sudah jadi dokter, yang kanan Yuliana barusan lulus doktor peternakan IPB.

Mereka berdua terlahir sebagai bayi kembar siam dempet kepala.

Dioperasi/dipisahkan oleh Prof. Padmo Santjoko kemudian keduanya diambil anak oleh Prof. Padmo.

Duduk berdua adalah Prof. Padmo beserta istri.

Kisah perjalanan hidup orang-orang yg luar biasa. Orang tua asli Yuliana & Yuliani adalah kuli bangunan.

Tapi dengan kasih sayang orang tua angkat, anak-anak ini bisa menjadi doktor dan dokter.

Luar biasa, gelar professor yang sadar akan besar tanggung jawab terhadap sesama, dengan kasih tulus memberkati orang lain maka Thuan berkenan atas dirinya dan dengan kuasa serta kasih Allah yang  bekerja dalam hidupnya mewujudkan rasa bahagia sejati, damai sejahtera yang penuh sukacita," demikian narasi yang dikirimkan Andi Muawiyah Ramli di grup WA tersebut.

Berikut kisah Yuliana dan Yuliani selengkapnya!

Kisah mereka bermula tahun 1987 silam, saat Yuliana dan Yuliani, anak pasangan Tularji dan Hartini dari Tanjung Pinang ini terlahir kembar siam dempet di kepala secara vertikal (kraniopagus).

Kraniopagus adalah kembar siam yang dempet di bagian belakang, atas atau samping kepala, tetapi tidak pada wajah.

Melansir Mayo Clinic, kembar kraniopagusberbagi sebagian dari tengkorak, tetapi otak mereka biasanya terpisah, meskipun mereka mungkin berbagi beberapa jaringan otak.

Kisah Yuliana-Yuliani ini cukup mendebarkan secara nasional, khususnya bagi dunia kedokteran Indonesia.

Pada usia 2 bulan 21 hari, tepatnya pada 21 Oktober 1987, Yuliana dan Yuliani mencetak sejarah menjadi kembar siam pertama di Indonesia yang berhasil dipisahkan di Indonesia oleh dokter Indonesia.

Berkat upaya keras yang dilakukan tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Yuliana dan Yuliani bisa dipisahkan serta hidup normal.

Adalah Dokter Padmosantjojo, ahli bedah saraf RSCM, yang berperan banyak pada operasi pemisahan si kembar siam.

Dengan ketelitiannya, pria kelahiran Kediri, 26 Februari 1937 ini memisahkan selaput otak (duramater) yang berlekatan dengan pisau bedah biasa dan mata telanjang.

Operasi pada 21 Oktober 1987 tersebut jadi tonggak sejarah bidang kedokteran di Indonesia, khususnya bedah saraf.

Bagi Padmosantjojo, operasi Yuliana dan Yuliani menjadi karya adiluhung (masterpiece) dalam kariernya sebagai dokter.

"Aku tak ingin karyaku rusak, mati karena mencret misalnya. Maka harus aku openi (rawat)," ujarnya di rumahnya kala itu.

Tak hanya mengoperasi secara gratis, dokter Padmosantjojo juga membawa Yuliana Yuliani dan orangtuanya ke Jakarta.

Padmosantjojo mencarikan rumah untuk ditinggali keluarga tersebut.

Ia mendukung pemenuhan kebutuhan nutrisi si kembar siam dan memantau tumbuh kembang mereka selama di Jakarta.

Sebab, baginya, masa di bawah usia lima tahun jadi fase penting pertumbuhan otak seseorang.

Setelah Yuliana Yuliani dan orang tuanya pulang ke Tanjung Pinang pun, Padmosantjojo tetap memberikan dukungan dana untuk keperluan pendidikan si kembar siam hingga kini.

"Ternyata bisa, tuh, Yuliana Yuliani sampai lulus universitas. Saya senang," kata Padmosantjojo sambil tersenyum, dilansir TribunJatim.com dari Kompas.com.

Yuliana dan Yuliani Kini

Yuliana-Yuliani pun tumbuh sehat layaknya anak-anak yang terlahir normal.

Bahkan, keduanya termasuk dalam jajaran anak-anak cerdas.

Hal itu dibuktikan dengan pencapaian keduanya.

Bahkan, semasa kuliah Yuliana berhasil lulus sebagai doktor Ilmu Nutrisi dan Makanan di Institus Pertanian Bogor (IPB) dengan IPK 4 sehingga mendapat predikat Cumlaude.

Yuliana kini menjadi nutrisionis dan bekerja di salah satu perusahaan swasta bergengsi di kawasan industri Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Sedangkan adiknya, Yuliani berhasil menjadi dokter lulusan Universitas Andalas (Unand), Padang.

Yuliani menyampaikan, operasi pemisahan oleh Pakde, begitu Yuliana Yuliani biasa memanggil Dokter Padmosantjojo, memungkinkan mereka meraih capaian seperti sekarang.

Jika tak dioperasi saat itu, amat mungkin ia menghabiskan hidup dengan terbaring karena sulit bergerak akibat kembar siam.

Menurut Yuliana, pengalaman hidup menjalani operasi pemisahan membentuk mereka seperti saat ini.

Banyak pihak berkontribusi dalam keberhasilan mereka, yakni orang tua, Pakde, dan masyarakat yang mendoakan agar operasi pemisahan tahun 1987 silam berhasil.

Oleh karena itu, Yuliana menjadikan hidupnya sebagai ucapan terima kasih kepada mereka yang berjasa dalam hidupnya.

"Kami ingin membuat bangga orang tua, Pakde juga. Mereka tersenyum bangga atas prestasi kami sudah cukup bagi saya," ujarnya.

Yuliana menambahkan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, tanggung jawab sosial terhadap masyarakat kian tinggi.

Itu yang selalu diajarkan orang tua dan Pakde.

Setelah operasi pemisahan, Pakde jadi sumber inspirasi bagi si kembar Yuliana Yuliani.

Sebagai dokter, Yuliani dididik Pakde agar tak berorientasi uang. Pakde mengajarkan, motivasi jadi dokter seharusnya menolong sesama.

"Pakde selalu mengajar kami berbagi dengan orang lain dan memberi manfaat bagi orang banyak," ucap Yuliani.

Ke depan, Yuliana ingin membagi ilmunya dengan menjadi dosen atau peneliti.

Sementara Yuliani ingin meneruskan pendidikan dokter spesialis bedah saraf seperti Pakde, sumber inspirasinya.


Infeormasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

 

 

 

 

 

Berita Terkini