Bahkan pelaku menyebutkan, jika uang tidak dikirim, maka anaknya akan dibunuh dan mayatnya dibuang ke sungai.
Dirinya pun sudah berusaha mencari uang.
Namun karena karena mengalami kesulitan ekonomi, tidak mudah bagi Fauziah mendapatkan uang Rp50 juta.
Pontang-panting cari uang tebusan, ternyata anaknya sudah tewas.
Terkait hal itu, Fauziah meminta agar polisi segera mengungkap kasusnya.
"Saya berharap diproses sesuai dengan hukum bagaimana dia memperlakukan anak saya," harap Fauziah.
"Sampai anak saya meninggal, saya tidak tahu salah anak saya apa," katanya lirih.
Fauziah mengungkapkan, Imam meninggal saat kondisi perekonomiannya di perantauan mulai membaik.
Belakangan, sepengetahuannya, Imam Masykur membuka kios kosmetik sendiri.
"Empat bulan ini dia buka usaha di daerah Tangerang Selatan. Saya harap ini musibah terakhir untuk anak bangsa ini, cukup saya dan anak saya yang merasakan sakitnya," katanya.
Anggota Komisi III Asal Aceh, Nazaruddin Dek Gam, mengaku sudah menghubungi Direktur Reserse Kriminal Umum atau Dirreskrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi, untuk mempertanyakan kasus ini.
"Dari penjelasan Dirreskrimum Polda Metro Jaya, ada dua orang yang diamankan selaku penadah telepon genggam milik korban," kata Nazaruddin Dek Gam, Minggu (27/8/2023), di Banda Aceh.
Kemudian untuk pelaku yang merupakan oknum anggota TNI, kata Dek Gam, Dirkrimum Polda Metro Jaya hanya memberikan informasi kalau hal itu merupakan ranahnya Polisi Militer (POM).
Dek Gam, sapaan Nazaruddin, mengaku akan mengawal kasus tersebut hingga tuntas.
Pasalnya kasus tersebut sudah menghilangkan nyawa warga Aceh yang merupakan tanah kelahirannya.