“Ketika salju dan es surut, vegetasi (tanaman hijau) berkembang, dan itulah yang kita sebut penghijauan,” kata Antoine Guisan, seorang Profesor Ekologi dan Evolusi di Universitas Lausanne.
Guisan juga diketahui merupakan salah satu penulis atau peneliti yang terlibat dalam studi ini.
Sementara, pemimpin dalam penelitian itu adalah Asisten Profesor di University of Basel, Sabine Rumpf.
Tim peneliti studi yang menunjukkan Pegunungan Alpen menghijau menjelaskan kesimpulan mengenai salju di pegunungan yang lambat-laun semakin berkurang dan tergantikan dengan tanaman-tanaman hijau tersebut, bukanlah tanpa bukti yang kuat.
Mereka telah mengumpulkan gambar tangkapan citra satelit yang diambil dari Pegunungan Alpen sejak 1984 hingga 2021.
Mereka menganalisis citra satelit piksel demi piksel untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana vegetasi dan tutupan salju di pegunungan Alpen bisa berubah.
“Untuk jutaan piksel yang kami miliki terkait Pegunungan Alpen, kami menjalankan analisis per piksel, dan analisis ini dapat menunjukkan peningkatan, tidak ada tren, atau penurunan,” jelas Guisan.
Namun, tim peneliti tidak melihat semua data citra satelit Pegunungan Alpen dalam 12 bulan atau setahun, tetapi hanya data dari bulan Juni hingga September setiap tahunnya.
Hal ini dilakukan karena tim peneliti menilai, pada periode Juni dan September itulah saat yang tepat melihat besar kemungkinan tutupan salju akan berubah.
Baca juga: Misteri Hilangnya Mahasiswa di Bukit Krapyak Pacet, Dimas Tak Sengaja Terekam Video Milik Pendaki
Peneliti menegakkan hipotesisnya terhadap data itu dengan meyakini bahwa jika salju Pegunungan Alpen itu terlihat dari awal Juni hingga akhir September di satu tempat, maka berarti warna pegunungan itu akan tetap putih sepanjang tahun karena tertutupi salju.
Akan tetapi, mereka menemukan fakta tutupan salju permanen menurun lebih dari 9 persen dari wilayah yang diteliti.
Lebih lanjut, data yang dipelajari juga oleh tim peneliti, secara lebih spesifik mereka mengambil gambar pegunungan dengan kategori ketinggiannya di atas 1.700 meter atau sekitar 5.580 kaki, di mana dianggap elevasi ini menandai garis pohon.
“Pengaruh manusia semakin kuat di bawah ketinggian ini,” kata Guisan.
Untuk itu, mereka mengecualikan area di bawah garis pohon atau ketinggian pegunungan 1.700 meter itu untuk membantu menyasar lebih tepat terkait perubahan apa yang benar-benar terjadi, dan penyebabnya yang paling memungkinkan adalah faktor iklim bukanlah ulah manusia.
Berdasarkan data gambar yang mereka kumpulkan itulah, tim peneliti memiliki pandangan yang cukup komprehensif mengenai bagaimana vegetasi dan tutupan salju berubah selama empat dekade.