TRIBUNJATIM.COM- Inilah nasib memilukan siswa MTS di Asahan.
Siswa itu menjadi korban bully temannya.
Bahkan, dia mengaku para guru juga seperti jijik melihat dirinya.
Rintihan pilu seorang siswa Madrasah Tsanawiyah di Asahan jadi korban perundungan di sekolahnya.
Dilansir dari TribunStyle, selama tiga tahun, YA (14) kerap dibully oleh enam teman satu kelasnya.
YA tak hanya mendapatkan kekerasan fisik, namun dia juga sering dipalak.
Bully-an yang dialaminya membuat YA trauma dan takut masuk sekolah.
Bagaimana kisah lengkapnya?
Baca juga: Nasib Bocah 8 Tahun Berakhir Tragis, Jadi Korban Bully: Pulang-pulang Dia Sudah Nangis
Sungguh malang nasib YA (14), warga Jalan Batu Alam, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan.
YA menjadi korban bully oleh enam orang rekan satu kelasnya di sekolah.
Pelajar kelas IX Madrasah Tsanawiyah di sekolah Al Mahsum Asahan ini mengalami perundungan hingga mengarah ke kekerasan fisik.
Dalam video yang diterima Tribun-medan.com, terdapat sebuah rekaman korban YA ditendang dari belakang oleh salah seorang rekan prianya di dalam ruang kelas.
Saat dijumpai Tribun-Medan.com di rumahnya, YA yang didampingi orang tuanya mengaku mendapatkan perundungan sejak duduk di kelas VII di sekolah tersebut.
"Mulai dari kelas 7 sudah di bully. Mereka ada enam orang satu kelompok, saya sering diam-diam nanti dipukul. Saya juga sering dikompas (dimintai uang)," kata YA, Sabtu (2/9/2023).
Lanjutnya, dirinya kerap dimintai uang sebesar Rp 1.000 sampai Rp 3.000 oleh teman-temannya itu.
"Gak tau untuk apa, cuma dia minta uang. 'Minta uang dulu, Rp 1.000, atau Rp 2.000' kek gitu, seringnya orang itu minta di istirahat kedua," kata YA menirukan ucapan pelaku kepada Tribun-Medan.com.
Namun, puncak dari kejadian perundungan yang dialami YA terjadi pada beberapa pekan lalu.
Bahkan YA terpaksa harus dirawat di rumah sakit karena mendapat tendangan dan pukulan dari para pelaku.
Efeknya korban mengeluhkan sakit kepala dan perut.
"Kemarin itu saya ditendang bagian kepala belakang, di situ saya terjatuh dan saya dikeroyok dipukuli sama mereka," katanya.
Kepada Tribun-Medan.com, YA mengaku kini takut untuk pergi ke sekolah, karena tak ingin mendapatkan perundungan lagi.
"Dari kelas 7 sampai kelas 9 saya mengalami dibully. Saya takut, dan trauma mau ke sekolah lagi. Bahkan, guru-guru selalu menanyakan kepada saya kapan saya pindah sekolah. Mereka seperti jijik melihat saya," ujarnya.
Kasus serupa juga terjadi di tempat lain, beberapa waktu lalu.
Kunci motor diambil paksa, bu guru dibully dan disoraki oleh siswa SMA-nya di Maluku.
Video yang merekam saat bu guru tersebut dibully oleh siswanya itu pun viral di media sosial.
Ternyata setelah ditelusuri penyebabnya, hal itu sebagai bentuk protes para siswa SMA.
Kini nasib para siswa SMA akan ditindak tegas oleh Kepala Sekolah (Kepsek).
Melansir Kompas.com, peristiwa ini terjadi di SMAN 15 Maluku Tengah pada Senin (14/8/2023).
Tampak dalam video yang berdurasi 31 detik tersebut, kunci motor milik bu guru diambil oleh salah seorang murid.
Lantas ketika si bu guru mencoba mengambil kunci sepeda motor, ia kemudian disoraki oleh belasan siswa SMA lainnya.
"Seng (tidak) bisa pulang," sorak para siswa SMA berulang kali.
Lalu kunci motor tersebut baru diberikan oleh siswa setelah bu guru tersebut berulang kali meminta.
Kejadian tersebut berlangsung di area parkiran sekolah, Senin (14/8/2023), saat para siswa berunjuk rasa.
Dilansir dari Tribun Pekanbaru, bu guru tersebut ternyata merupakan Wakil Kepala Sekolah SMAN 15 Maluku Tengah.
Guru bernama Maryam Latarissa ini dibully karena kebijakan yang diberlakukan sekolah tidak disetujui oleh para siswa.
Mulai dari penunjukan Ketua OSIS tanpa melibatkan Majelis Perwakilan Kelas sekolah, hingga larangan berpendapat.
Selain penunjukan Ketua OSIS dan larangan berpendapat, pengangkatan Ketua Gudep Pramuka juga disebut menyalahi aturan.
Pasalnya masa bakti Ketua Gudep Pramuka yang lama masih tersisa satu tahun.
"Ini keputusan yang melanggar aturan harusnya keputusan itu lewat Musyawarah Gugus Depan," kata seorang siswa SMA pengunjuk rasa, Taslim Juliansyah.
Berikut poin tuntutan para siswa:
- Pembuatan tata tertib tidak sesuai dengan mekanisme yang seharusnya disusun melalui rapat MPK.
- Kedua, Ada salah satu poin dalam aturan yaitu dilarang demo.
- Ketiga, Keterlambatan siswa dibiarkan, tidak dapat menyelesaikan persoalan ini.
- Keempat, sangat tempramental dan sering menganggu peroses pembelajaran
- Kelima, kami khawatir program OSIS tidak berjalan dengan baik.
- Keenam, keterlambatan info dengan paksaan
- Ketujuh, tidak bisa menjaga perasaan siswa.
- Kedelapan, Melangsungkan Apel sesuka hati.
- Kesembilan, keadaan sekolah yang tidak kondusif saat pembelajaran dilaksanakan, banyak siswa berkeliaran di luar saat jam belajar.
Menanggapi aksi murid-muridnya, Maryam Latarissa mengaku telah memaafkan tindakan para siswanya.
Bahkan, tanpa diminta, Maryam Latarissa telah memaafkan mereka pasca kejadian di lingkungan sekolah tersebut.
Hal itu diungkapkan Maryam Latarissa saat konferensi pers di aula SMAN 15 Maluku Tengah, Rabu (16/8/2023).
Baginya, para siswa sudah seperti anak-anaknya sendiri.
"Dan sebelum konferensi pers ini saya sudah memberikan maaf untuk mereka," katanya.
"Karena itu anak anak saya, saya Ikhlas," ungkap Maryam Latarissa yang juga Wakasek SMAN 15 Maluku Tengah tersebut, melansir Tribun Ambon.
Lanjutnya, kejadian ini dianggapnya sebagai cobaan baginya dan juga bagi dunia pendidikan.
Sehingga patut diambil pelajaran untuk lebih baik di kemudian hari.
"Kejadian ini adalah merupakan cobaan karena kita sebagai umat beragama."
"Sebagai seorang guru kita harus ketahui bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita dukung, ya lain rumah jua," katanya.
Menurutnya, para siswa tidak berniat melakukan itu, hanya saja diduga ada oknum lain yang memanasi mereka.
Sehingga mereka kemudian melakukan hal yang tidak dibenarkan tersebut.
"Dan saya tahu pasti, anak-anak kami itu tidak mungkin membully gurunya, kecuali ada aktor-aktor di belakang panggung yang berusaha merusak nama saya, terutama SMA 15 Maluku Tengah ini."
"Walaupun mereka mengatakan tidak sengaja, tetapi itu pasti ada yang disengajakan," tandasnya.
Sementara itu Kepala Sekolah memastikan, pihaknya segera memanggil orang tua siswa untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Lanjutnya, kejadian tersebut juga mempengaruhi nama baik sekolah, sehingga pertemuan dengan orang tua siswa diharapkan bisa mendapatkan solusi terbaik.
"Saya sebagai pimpinan akan mencari solusi yang terbaik, agar masalah ini bisa kita pulihkan sehingga kepercayaan masyarakat terhadap lbah lebih baik ke depan," katanya.
Dia berencana akan merekam video dimana para siswa meminta maaf secara langsung kepada korban.
"Saya bersama teman-teman akan mengumpulkan data data siswa-siwa mana kemudian bersama orang tuanya."
"Lalu kita buat semacam video permintaan maaf terhadap tindakan yang mereka lakukan terhadap ibu dan kepada publik," cetusnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com