"Ya memang kalau pemerintah minta suruh pindah ya mau gimana lagi, wong tidak bisa ngapa-ngapain."
"Padahal tegal-sawah e (ladang mencari nafkahnya) di sini, ya udah enggak tahu nanti gimana," kata Supriyono pasrah.
Baca juga: Aset Terdampak Tol Kediri-Tulungagung Tak Dapat Ganti Rugi, Pemkab Tulungagung Ajukan Keberatan
Supriyono juga menceritakan, angkringan yang buka setiap hari dari pukul 14.00-03.00 WIB tersebut, selalu ramai.
Namun sejak beberapa bulan terakhir, angkringannya mulai ditinggalkan para pelanggan.
Hal itu terjadi setelah palang perlintasan kereta api Joglo ditutup karena ada proyek pengerjaan rel layang.
"Sehari-hari (ramai). Sebelum perlintasan rel ditutup, angkringan ramai terus. Kan dulu truk-truk itu 24 jam enggak pernah berhenti."
"Sekarang sudah sepi, terus kalau ini nanti disuruh pindah, ya enggak tahu lagi mau gimana," pungkasnya.
Supriyono pun kini hanya bisa menunggu akankah angkringan tempat usahanya ikut direlokasi.
Yakni seperti rumah-rumah dan tempat usaha milik warga di sepanjang jalan tersebut yang terdampak proyek pembangunan underpass Palang Joglo.
Seperti Supriyono, nasib sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang berada di sepanjang Jalan Ki Mangun Sarkoro dan Jalan Sumpah Pemuda, Banjarsari, Solo, kini terkatung-katung.
Hal itu karena jelang proyek pembangunan Underpass Palang Joglo yang akan dimulai pada pertengahan bulan Oktober 2023 mendatang.
Selain warga sekitar proyek, pedagang kaki lima di sekitar lokasi proyek Underpass Palang Joglo pun mengaku terdampak.
Sementara itu Asisten Lahan Satker PJN III Jawa Tengah, Agus Mulyanto membenarkan bahwa sekitar lokasi proyek pembangunan Underpass Palang Joglo harus steril saat pengerjaan dimulai.
"Iya benar," ujar Agus saat dihubungi oleh Tribun Solo.