Cerita tersebut Bang Onim bagikan di depan mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional (Prodi HI), Universitas Islam Indonesia (UII).
Prodi HI UII menggelar IR UII in Conversation yang bertajuk 'Konflik Israel-Palestina 2023: Sebuah Tinjauan Komprehensif Mengenai Situasi Terkini'.
Acara ini diselenggarakan pada Selasa (10/10/2023), melalui media telekonferensi Zoom dan disiarkan di kanal YouTube yang diatur mode tidak publik.
Bagi Bang Onim dan keluarga, suara dentuman bom atau rudal menjadi situasi yang biasa di alur Gaza.
Akan tetapi perang Hamas versus Israel kali ini merupakan salah satu yang terparah sejak tahun 2008 silam.
"Hari pertama, tanggal 7 Oktober, saya setelah selesai salat subuh, sekitar jam 05.00 waktu setempat, saya ingin rebahan sebentar," katanya membuka kisah hari pertama Hamas menyerang Israel.
"Tapi belum 10 menit, sudah ada suara tembakan rudal dan itu tidak ada tanda-tanda," imbuhnya.
"Ini pertama kali dalam sejarah, pejuang Palestina di Gaza melakukan perlawanan besar-besaran di pusat jantung Israel," terangnya.
Bang Onim sendiri mengaku sudah tiga hari tidak keluar dan belum sempat mandi.
"Bagaimana caranya memikirkan mandi, sedangkan memikirkan nyawa saja saya berpikir, apakah harus meninggal sekarang," ucap Bang Onim lagi.
Banyaknya rudal yang menghujani Palestina membuat awan yang tadinya putih jadi seperti api, berwarna kuning.
"Udaranya jadi berubah, tidak kelihatan sama sekali karena banyak rudal, bom," terang dia.
Kata Bang Onim, setidaknya ada 10 orang WNI yang kini berada di Jalur Gaza dan semuanya merupakan aktivis kemanusiaan.
Bang Onim tetap menjaga komunikasi dengan WNI lain, meski tak bisa keluar rumah.
"Buka pintu saja itu sangat berbahaya, karena takut kerekam dari drone Israel," terangnya.
Baca juga: Beda Respon Anies, Prabowo dan Ganjar Soal Perang Israel dan Palestina, Tapi Sama Tentang Satu Hal