Hal itu disebabkan lantaran uang operasional dari perusahaan es krim tempat Nopian bekerja, tidak cukup untuk diandalkan.
Sementara itu Taufik mengatakan, ia adalah sopir lintas Sumatera.
Akan tetapi hanya di Bengkulu ia mengalami kemalangan harus antre berhari-hari demi mendapatkan 50 liter solar subsidi.
"Saya bawa truk di banyak provinsi, Sumsel, Sumbar, juga Pulau Jawa, namun hanya di Bengkulu untuk dapat solar antre berhari-hari," keluhnya.
Kondisi ini mengakibatkan kerugian bagi sopir dan keluarganya, termasuk perusahaan.
Hingga saat ini Taufik dan Nopian tidak mengetahui apakah bisa mendapatkan solar.
Menurut Nopian, antrean kendaraan untuk mendapatkan solar di Bengkulu berlangsung tiga bulan terakhir.
"Sudah tiga bulan ini terjadi, kami tak bisa apa-apa lagi. Ujung-ujungnya kami dimarahi oleh bos," ungkapnya.
Gonjang-ganjing sulitnya mendapat solar bersubsidi ini terus berlanjut membuat ekonomi Bengkulu melamban.
Baca juga: Sosok Filip Salac, Pembalap Moto2 Beli Bensin Eceran Dilayani Bocah, Panggil Si Penjual Bos Kecil
Saat dikonfirmasi, Kadis Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Provinsi Bengkulu, Donni Swabuana menjelaskan, terdapat kekurangan suplai kebutuhan solar bersubsidi untuk Provinsi Bengkulu dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Donni mengatakan, BPH Migas yang berhak memberikan jatah BBM ke seluruh daerah dengan Pertamina sebagai distributor.
Pemprov Bengkulu mengusulkan ke BPH Migas kebutuhan daerah itu sebanyak 721.600 kl diperuntukkan transportasi umum, orang, barang dan logistik, perikanan dan nelayan, serta usaha mikro.
Namun kebutuhan kuota tersebut hanya disetujui BPH Migas 106.600 kl.
"Kebutuhan yang diusulkan 721.600 kl, disetujui hanya 106.600 kl."
"Dari pasokan saja sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan hingga 31 Desember," jelas Donni.
Parahnya lagi, meski kebutuhan hanya disetujui 106.600 kl, dikurangi lagi oleh BPH Migas terhitung 1 Oktober 2023 sebanyak 7.000 kl.
Pengurangan ini tidak diberitahukan pada Pemprov Bengkulu.
"6,8 persen kuota dikurangi itu sayangnya Pemprov Bengkulu tidak diberitahu pengurangan itu oleh BPH Migas."
"Kami tahu ada pengurangan setelah dapat surat dari website resmi BPH MIGAS," ungkapnya.
Sementara itu Area Manager Communication Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan mengungkapkan, pasokan solar bersubsidi aman, tidak ada pengurangan ke SPBU.
"Antrean terjadi karena banyak yang beli BBM subsidi, padahal kami menyediakan produk lain yang sejenis, ada Pertamax series untuk gasoline dan dex series untuk gasoilnya," jelasnya.
Ia menyebutkan, untuk Jenis Bahan Bakar Tertentu (JBT) bio solar dari kuota 98.716 kl, sudah direalisasikan sebanyak 83.116 kl.
Konsumsi rerata harian untuk Solar JBT ada di angka 250-320 kl per hari.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com