Berita Viral

Tangis Mbah Eni Diusir Cucu dan Menantu, Anak Kandung Ogah Nampung, Pejabat Dinsos: Jemput Sekarang

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangis Mbah Eni Diusir Cucu dan Menantu, Anak Kandung Ogah Nampung, Pejabat Dinsos: Jemput Sekarang

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial kisah Mbah Eni diusir cucu dan menantunya.

Mbah Eni nangis anak kandung ogah nampung.

Akhirnya Mbah Eni bertemu dengan pejabat Dinsos, yakni Kepala Bidang Rehabsos pada Dinsos Kota Bogor, Dody Wahyudin.

Mbah Eni pun mengungkap kronologi ia diusir.

Mbah Eni yang berumur 56 tahun memiliki nama lengkap Eni Susilawati.

Mbah Eni kini terlunta-lunta usai diusir cucu dan menantu.

Mbah Eni pun terpaksa tinggal di Dinas Sosial Kota Bogor karena bingung harus berteduh di mana.

Beruntung, Mbah Eni bertemu Dody Wahyudin.

Sembari menahan tangis, Mbah Eni pun menceritakan kisah hidupnya yang memilukan setelah tak dipedulikan oleh anak-anaknya.

Baca juga: Mbah Ngatiman 10 Tahun Tinggali Gubuk Reyot di Hutan Sendirian, Hidup dari Buat Arang, Makannya Ubi

Dilansir dari TikTok Dody Wahyudin via TribunBogor, Mbah Eni sebenarnya punya dua anak.

Semula, Mbah Eni tinggal di Jakarta bersama anak perempuan, menantu dan cucunya.

Hingga beberapa tahun lalu, Mbah Eni bekerja di Jakarta sembari menghidupi kehidupannya sendiri.

"Punya anak dua, satu di Jakarta, satu di Bogor. Selama ini nenek tinggal di Jakarta, kerja, kerja, kerja, lama-lama tua kan orang enggak mau (kasih kerjaan), sekarang nganggur, tinggal sama anak," ungkap Mbah Eni dikutip pada Senin (23/10/2023).

Namun belakangan, Mbah Eni tak lagi bekerja karena usianya yang semakin sepuh.

Baca juga: Dulu Artis Jadi Gelandangan karena Ketahuan Nyolong di Supermarket, Ngais Sampah Demi Makan: Diusir

Alhasil, Mbah Eni pun menggantungkan kehidupannya ke anak perempuannya.

Tak disangka, cucu dan menantunya justru membenci Mbah Eni.

Hingga suatu hari, Mbah Eni diusir secara mendadak oleh cucunya.

Penyebab Mbah Eni diusir diduga karena dua hal.

Pertama karena cucunya ogah menghidup Mbah Eni.

"Sekarang yang kerja cucu nenek, jadi guru, cucu saya enggak mau hasil kerjanya dimakan orang lain, dia maunya kedua orangtuanya aja yang makan. Otomatis saya disuruh keluar sama cucu," pungkas Mbah Eni.
Alasan kedua diduga karena persoalan sepele yakni sapi.

Kepada Dody, Mbah Eni bercerita bahwa sapi yang ada di rumah anaknya itu adalah punyanya.

Tapi entah kenapa sang menantu justru mengklaim sapi tersebut hingga akhirnya mengusir sang mertua.

"Saya ada sapi, saya bilang sama anak saya 'sapinya dijual aja ndok buat modal'. Tapi mantu saya enggak kasih, malah bilang sama anaknya suruh usir saya," imbuh Mbah Eni menahan air mata.

"Lagi enak-enaknya nenek tiduran (cucu bilang) 'nek keluar kata bapak nenek pergi dari sini, ini rumah bapak, itu sapi bapak'. Enggak ada ujungnya kok bilang sapi. Itu sapi nenek, diurusin bapak, nanti dijual uangnya dibagi-bagi," sambungnya.

Tak lantas pergi, Mbah Eni pun mengadu ke anak kandungnya soal perlakuan kasar cucu dan menantu.

Baca juga: Nyamar Jadi Driver Ojol, Menantu Rampok Emas Mertuanya yang Stroke, Dendam Imbas Sakit Hati Diusir

Alih-alih membela, anak kandung Mbah Eni malah pasrah sang ibu pergi.

"Anak saya pulang kerja, saya bilang 'itu anakmu, saya diusir'. (kata anak bu Eni) 'hah? itu kan mama saya itu masa diusir'," ungkap Mbah Eni.

Segera pergi dari rumah anaknya, Mbah Eni pun beranjak ke Bogor. Di sini, Mbah Eni berharap bisa mendapatkan tumpangan hidup.

Namun angan-angan Mbah Eni pupus kala bertemu sang menantu perempuan.

Setibanya di Bogor, Mbah Eni justru dimaki-maki oleh menantunya.

"Yang satu lagi anak saya di Bogor. Saya lupa alamatnya, di situ. (waktu nenek ke sana) mantu (perempuan) saya bilang 'udah enggak punya apa-apa ke mari', saya digituin. Katanya 'dulu punya uang di Rini, sekarang enggak punya apa-apa lari ke sini'," ungkap Mbah Eni.

Baca juga: Nasib Mbah Toto Sengaja Ditelantarkan Anak Kandung di Pinggir Jalan, yang Nomor 2, Warga: Tega Ya

Usai bercerita soal menantunya yang tinggal di Kota Bogor, tangis Mbah Eni pecah.

Sebab akibat kedatangan Mbah Eni ke rumah, menantunya itu kini ogah pulang ke rumah.

Cucu Mbah Eni itu pun bertanya ke sang ayah kenapa mamanya tidak pulang ke rumah.

Tak kuat menerima situasi memilukan itu, Mbah Eni kembali kabur.

Kini, Mbah Eni memilih untuk tinggal di Dinsos Kota Bogor.

"Enggak mau dulu, biarin di sini dulu. Anak saya takut sama suaminya," kata Mbah Eni seraya menangis.
Kisah Mbah Eni yang memilukan dibagikan Dody Wahyudin di laman media sosialnya.

Dody lantas mengirimkan pesan ke anak kandung Mbah Eni agar menjemput ibunya itu di Dinsos Kota Bogor.

"Dan terjadi lagi, lansia terlantar tanpa arah tujuan. Jemputlah sekarang neneknya ada pada kami," pungkas Dody Wahyudin.

Sebelumnya juga viral sosok -Mbah Hasim berusia 80 tahun karena keinginannya untuk tinggal di kantor polisi dan bahkan ingin meninggal di sana.

Mbah Hasim, atau yang bernama lengkap La Hasim, merasa bahwa ketika dirinya sudah tidak ada, setidaknya ada yang akan mengurus jenazahnya.

Pasalnya, ia merasa bahwa keluarganya tidak lagi memperhatikannya.

Oleh karena itu, Mbah Hasim selalu meminta untuk diantar ke Kantor Polsek Nunukan Kota, yang tidak jauh dari alun-alun Nunukan, Kalimantan Utara.

Sehari-hari, Mbah Hasim dikenal sebagai seorang kakek yang selalu naik sepeda dan memiliki sifat yang temperamental.

Ia mengenakan topi, kaos kerah, celana yang didobel-dobel, dan selalu menggunakan sarung sebagai pakaian bawahannya.

Baca juga: Dulu Masih Bayi Ditelantarkan Dirubung Serangga, Artis ini Tetap Sujud di Kaki Ibu Dipenjara: Nangis

Mbah Hasim merasa nyaman dan dianggap oleh petugas polisi di Kantor Polsek Nunukan Kota sebagai bagian dari keluarga.

 "Mereka semua keluarga saya, saya mau terus tinggal di Kantor Polisi, kalau bisa, saya mau mati di Kantor Polisi saja. Jadi ada yang urus saya nanti." ujarnya

Mbah Hasim adalah seorang perantau yang datang ke Nunukan pada tahun 1967.

Ia pernah menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia selama kurang lebih 9 tahun.

Setelah itu, dengan modal usaha yang didapatkannya, ia kembali ke Nunukan untuk berjualan kain dan berkebun.

Baca juga: Nasib Eks Presenter Silet Asal Surabaya Ditelantarkan Suami, Tak Boleh Hamil, Lapor Komnas Perempuan

Meskipun pernah menikah, Mbah Hasim kini hidup sendirian dan tidak memiliki tempat tinggal tetap.

"Dulu ada istri tapi saya sudah tinggalkan. Untuk pulang kampung saya tidak mau, kecuali keluarga jemput. Keluarga tidak ada yang menganggap saya ada," tuturnya.

Awalnya, ia membangun sebuah gubuk di tengah kebun di daerah Nunukan Selatan.

Namun, kemudian, ia lebih sering datang ke Polsek Nunukan dan enggan pergi dari sana. Ia bahkan menganggap Polsek tersebut sebagai rumahnya sendiri.

Petugas polisi awalnya merespons kehadirannya dengan baik.

Mbah Hasim dilayani dengan baik, diberi makan, dan dipersilakan tidur di Polsek.

Bahkan, ia diberi sebuah ruangan untuk ditinggali.

Namun, karena sikapnya yang temperamental dan merasa bahwa ia diberi fasilitas rumah secara gratis, petugas polisi akhirnya merasa terganggu dengan kehadiran Mbah Hasim.

Kapolsek Nunukan Kota, Ipda Disko Barasa, mengatakan bahwa meskipun Mbah Hasim dilayani dengan baik selama ia tinggal di Mapolsek Nunukan, sikapnya yang temperamental akhirnya membuat petugas terganggu.

"Ruangan itu diminta beliau. Katanya biarlah saya tinggal di sini, kasihkan saya saja kamarnya. Saya mau tinggal di sini," ujar Kapolsek Nunukan Kota, Ipda Disko Barasa, menirukan ucapan La Hasim.

Saat ini, pihak berwenang sedang mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini