"Penginnya (para pelaku) hukuman diarak-arak dulu, terus dihukum picis, hukuman mati harus. Kalau enggak dihukum mati saya penasaran. Karena ponakan saya yang disayangi kok tiba-tiba dibunuh, jadi kasihan, nyesal," imbuh Yeti.
Perihal momen Yeti kerasukan, pihak kepolisian segera memberikan bantuan.
Penyidik langsung memanggil Mbak Rara untuk masuk ke TKP.
Ternyata tujuan Mbak Rara sang pawang hujan datang ke TKP kasus Subang adalah untuk membantu Yeti yang kesurupan.
Hal tersebut diungkap sendiri oleh Mbak Rara saat live di media sosialnya.
"Saat itu wa Lilis dan Yeti histeris, dan saya diminta untuk membantu agar kedua Kakak Almarhumah Tuti Suhartini tersebut, tak histeris, karena bisa mengganggu jalannya olah TKP ulang," ungkap Mbak Rara.
Tak cuma itu, Mbak Rara juga diminta bantuan oleh polisi untuk menurunkan hujan.
Sebab kala olah TKP ulang di rumah korban cuacanya terik dengan hawa gerah.
"Saat saya di TKP saya diminta masuk ke TKP oleh Polisi. Polisi hanya meminta saya untuk menurunkan hujan di TKP. Karena saat itu kondisi di TKP sangat panas dan gerah, sementara proses olah TKP masih berlangsung," kata Mbak Rara.
Klarifikasi yang diurai Mbak Rara seolah ingin meluruskan isu bahwa pihak kepolisian memakai jasa paranormal untuk mengungkap kasus Subang.
Padahal diakui Mbak Rara, ia tidak dimintai bantuan guna mengungkap kasus tersebut.
Baca juga: NASIB 1 Keluarga di Banten Buta Mendadak, Berawal dari Pusing dan Tak Bisa Diobati, Ibu Cari Nafkah
Kasus pembunuhan Tuti dan Amalia di Subang sampai saat ini masih menjadi perbincangan.
Apalagi setelah diketahui ada 5 tersangka yang terlibat dalam insiden berdarah tersebut.
Anak lain Yosef selain Amalia juga disoroti.
Sosok tersebut adalah Yoris.