Berita Viral

Sosok Pemimpin Hamas yang Kediamannya Dirudal Israel, Masa Kecilnya Sudah Keras: Anak Pengungsi

Penulis: Ignatia
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang rumahnya dirudal

TRIBUNJATIM.COM - Sosok pemimpin Hamas yang kediamannya dirudal Israel ternyata memiliki masa kecil yang keras.

Seperti apa kerasnya pemimpin Hamas ini?

Berikut fakta sosok pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

Pria ini ternyata merupakan anak pengungsi yang sejak kecil menghabiskan waktu di Gaza.

Diketahui kediaman Ismail Haniyeh baru saja di serang dengan rudal oleh israel, Sabtu 4 November 2023.

Meski begitu belum dirinci apakah saat penyertangan pemimpin Hamas tersebut ada di rumah atau tidak.

Radio Al-Aqsa yang berafiliasi dengan Hamas pada Sabtu, melaporkan belum jelas apakah serangan itu menimbulkan korban jiwa.

"Belum jelas apakah ada anggota keluarganya yang berada di rumah ketika serangan terjadi," tulis laporan tersebut.

Siapa sebenarnya Ismail Haniyeh?

Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, disebutkan sudah berada di luar Jalur Gaza sejak 2019, tinggal di antara Turkiye dan Qatar.

Baca juga: Hari ke-28 Perang Hamas Lawan Israel, Amerika Desak Israel Lakukan Jeda Perang ke Palestina

Saat Hamas menyerang Israel, mantan Perdana Menteri Palestina itu bahkan menyebutkan, warga Palestina tidak akan meninggalkan Gaza atau Tepi Barat.

"Keputusan kami adalah tetap di dalam tanah air kami," kata Haniyeh dikutip dari Reuters saat itu.

Lantas, siapa sebenarnya Ismail Haniyeh?

Ismail Haniyeh lahir di Al Shatu, Jalur Gaza, Palestina pada 29 Januari 1963.

Kolase Gumpalan asap membumbung di atas gedung-gedung di Kota Gaza pada 7 Oktober 2023. saat serangan udara Israel menghantam gedung Palestine Tower. Sedikitnya 70 orang dilaporkan tewas di Israel, sementara pihak berwenang Gaza merilis jumlah korban tewas sebanyak 198 orang dalam eskalasi paling berdarah dalam konflik yang lebih luas sejak Mei 2021, dengan ratusan orang lainnya terluka di kedua belah pihak dengan para pria bertopeng mengangkat spanduk berlogo Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas Palestina, setelah shalat Jumat pertama di bulan puasa Ramadhan, di depan kuil Dome of the Rock di Masjidil Haram. Kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem, pada 24 Maret 2023. (AFP via Getty Images/AHMAD GHARABLI dan AFP/MAHMUD HAMS)

Pria bernama lengkap Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyyah merupakan keluarga keturunan Arab-Palestina yang mengungsi dari desa dekat Ashwelon (yang kini menjadi bagian dari Israel) pada 1948.

Masa kecil Haniyeh dihabiskan di kamp pengungsi Jalur Gaza.

Sebagai anak pengungsi, ia menerima pendidikan di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur (UNRWA)

Ismail Haniyeh merupakan sosok yang bukan berasal dari latar belakang militer. Bahkan kabarnya ia tidak pernah menempuh penidikan militer.

Namun kini, ia menjadi orang nomor satu di Hamas.

Semasa kuliah ia juga aktif dalam politik mahasiswa, memimpin sebuah asosiasi mahasiswa Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.

Baca juga: Dukung Palestina, Whulandary Puteri Indonesia 2013 Disentil Miss Israel, Balas Menohok Tuai Pujian

Pada 1988, ketika kelompok Islam Hamas dibentuk, Haniyeh menjadi salah satu anggota pendiri dan segera mendapat perhatian karena hubungannya yang dekat dengan pemimpin awal Hamas, Syekh Ahmed Yassin.

Di mana kemudian Haniyeh menjadi pemimpin Hamas usai memenangkan Pemilu 2006.

Di tahun yang sama Haniyeh berhasil membawa Hamas ke dalam politik, di mana saat itu kelompok tersebut menjadi pemenang dalam pemilihan parlemen Palestina, setelah mengalahkan partai Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.

Baca juga: Arti Kata Semangka, Emoji Bela Palestina di Tengah Konflik dengan Israel, Viral di Media Sosial

Ismail Haniyeh kemudian diangkat menjadi Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina, sejak 19 Februari 2006 hingga 2 Juni 2014.

Sebagai Pemimpin Hamas, Haniyeh mengendalikan kegiatan politik kelompok itu di Gaza, Tepi Barat yang diduduki Israel.

Pada 2007, setelah ketegangan berkepanjangan dan bentrokan bersenjata antara Hamas dan Fatah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas membubarkan pemerintahan Haniyeh dan mengumumkan darurat di Tepi Barat.

Meskipun tidak lagi menjabat sebagai perdana menteri, Haniyeh tetap menjadi pemimpin utama Hamas di Jalur Gaza. Pada 2017, Yahya Sinwar menggantikan Haniyeh sebagai pemimpin di Gaza, sementara Haniyeh pindah ke peran kepala biro politik Hamas, menggantikan Khaled Meshaal.

Hamas Palestina mengikuti latihan militer saat persiapan menghadapi konfrontansi dengan Israel, di selatan Jalur Gaza (NET)

Sosok pemimpin Hamas (AFP)

Saat menjadi Perdana Menteri, Ismail Haniyeh pernah mengalami ancaman pembunuhan dari Pemerintah Israel di tahun 2007.

Dilansir dari The Guardian, Wakil Menteri Pertahanan Israel, Ephiraim Sneh, berencana untuk membunuh ketua Hamas untuk mengakhiri serangan rudal dari jalur Gaza.

Menurut Sneh, tidak ada seorangpun dalam kepemimpinan Hamas yang kebal senjata. Ancaman pembunuhan itu muncul setelah seorang wanita Israel terbunuh oleh roket di kota selatan Sderot.

Namun, ancaman pembunuhan itu berhasil ditepis oleh Haniyeh yang membuatnya kembali terpilih menjadi Pemimpin Hamas pada 2017 lalu.

Baca juga: Mendadak Umi Pipik Larang Pakai Simbol Semangka untuk Aksi Bela Palestina, Taqy Malik Beri Sanggahan

Kini, Amerika Serikat (AS) mendesak agar Israel melakukan jeda perang.

Hal itu diungkap oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken.

Ia mendesak agar pemerintah Israel menuruti permintaan AS.

Blinken mengatakan akan mencari cara agar dapat meminimalkan kerugian yang diderita warga sipil di Gaza.

Baca juga: Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un Disebut Dukung Palestina, Intel Korsel Beberkan Tanda: Ambil Untung

Pejabat tinggi Gedung Putih itu dijadwalkan berkunjung ke Israel pada Jumat (2/11/2023), yang merupakan kunjungan keempatnya sejak 7 Oktober 2023.

Inilah update perang Israel-Hamas lainnya:

- Serangan di Kamp Bureij

Pihak berwenang Gaza mengatakan, 15 orang tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Bureij, Kamis (2/11/2023).

Serangan itu menandai kali ketiga kamp tersebut dibom.

Juru bicara pertahanan sipil Gaza mengatakan ledakan itu terjadi di sebuah bangunan tempat tinggal.

Warga melaporkan sejumlah orang terjebak di bawah reruntuhan.

Penduduk Bureij meneriakkan "pembantaian, pembantaian" ketika mereka menutupi tubuh korban yang tewas dalam serangan hari Kamis dengan selimut.

"Saya dan keluarga saya sedang duduk, dan tiba-tiba, kami mendengar ledakan besar," kata seorang penyintas kepada Al Jazeera.

"Semuanya di sekitar kami terbang. Kami tidak dapat melihat apa pun kecuali debu dan asap," lanjutnya.

"Sekarang semuanya hancur total. Saya tidak tahu harus berkata apa. Kami tidak berdaya," ucapnya sambil menunjukkan keadaan rumahnya yang rata dengan tanah.

- 18 Tentara Israel Tewas di Gaza

Ada 18 tentara Israel tewas di tengah pertempuran sengit di Gaza, kata IDF.

Korban tewas termasuk Letkol Salman Habaka, seorang komandan tank Israel yang dipuji sebagai pahlawan atas tindakannya selama serangan Hamas di Be'eri kibbutz.

- Jurnalis Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

Seorang jurnalis yang bekerja untuk saluran televisi Otoritas Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza, jaringannya melaporkan.

Mohammed Abu Hatab terbunuh bersama 11 anggota keluarganya di rumah mereka, kantor berita resmi otoritas WAFA melaporkan.

Dia adalah jurnalis ke-36 yang tewas dalam konflik tersebut, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ).

- Perbatasan Rafah Dibuka untuk Hari Kedua

Hari kedua perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir dibuka untuk memungkinkan evakuasi sejumlah warga Palestina yang terluka dan pemegang paspor asing.

Kantor Luar Negeri Inggris mengkonfirmasi ada warga negaranya yang dapat keluar dari Gaza pada hari Kamis (1/11/2023).

Sementara AS telah berhasil mengeluarkan 74 warga negara ganda dari Gaza, kata Presiden AS Joe Biden.

Lalu, sebanyak 400 pemegang paspor asing serta 60 warga Palestina yang terluka parah akan menyeberang pada akhir Kamis, kata juru bicara pihak Palestina di penyeberangan tersebut.

- Pesawat Militer Jepang Tinggalkan Israel

Sebuah pesawat militer Jepang meninggalkan Israel pada Kamis (1/11/2023) malam membawa 46 penumpang, di antaranya termasuk 20 warga negara Jepang, kata kementerian luar negeri Jepang.

Penumpang di dalamnya juga termasuk 15 warga Korea Selatan, empat warga Vietnam, dan satu warga Taiwan, kata kementerian itu pada Jumat.

- Bantuan Hampir Mustahil Sampai ke Gaza

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan "hampir mustahil" untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza.

Direktur kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan keselamatan dasar staf tidak dapat dijamin saat ini.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan situasi di Gaza "tak terlukiskan".

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini