Guru berusia 25 tahun itu terharu dengan perlakuan seluruh warga sekolah terhadap ibu mertuanya yang mencari nafkah sebagai pekerja kebersihan.
“Guru-guru di sana baik, mereka tidak peduli kita lebih bersih atau tidak.
Kalau ada makan, ada upacara atau grup, mereka masih mengundang ibu untuk bergabung.
Upacara pensiun seperti ini di sekolah biasanya diperuntukkan bagi kepala sekolah atau kepala sekolah, namun tetap menjadikannya istimewa bagi ibu mertua saya.
Kami sekeluarga sedih dan terharu," ujarnya.
Baca juga: Sosok Wanita Hamil yang Jadi Cleaning Service, Ternyata Seorang Istri Polisi, Suami Buta Sebelah
“Di sekolah, ibu dipanggil Makcik Midah.
Tapi guru-guru memanggilnya kakak dan murid memangginya bibi," katanya sambil menggambarkan ibu mertuanya sebagai sosok yang ramah, ceria, dan lucu serta jago memasak.
Hamidah yang berdomisili di Batu Gajah mengatakan kalau perayaan tersebut bukan yang kali pertama sejak mengabdi di sekolah tersebut.
“Setiap tiga bulan sekali sekolah merayakan ulang tahun para staf termasuk petugas kebersihan.
Mereka tidak pernah melupakan hari ulang tahunku,” lanjutnya.
Hamidah pun menceritakan momen membuka kado yang diterimanya berupa surat dan kartu.
Namun yang paling emosional dan mengejutkan adalah kartu tulisan tangan dari seorang siswa yang disisipkan uang kertas Rp6 ribuan.
“Saya tidak mengharapkan apa pun. Bocah kecil ini tidak mampu membeli hadiah, tetapi menyelipkan uang Rp6 ribu ke dalam kartu ucapan.
Hadiah yang paling tak ternilai harganya adalah ketulusannya.
Saya menganggap murid-murid saya seperti cucu saya sendiri.