Berita Viral

Sekeluarga di Banten Lumpuh Cuma 1 Orang Bisa Jalan, Tak Tahu Penyebabnya, Andalkan Bantuan Tetangga

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maman, ia dan 6 orang keluarga lumpuh. Hidup andalkan bantuan tetangga.

TRIBUNJATIM.COM - Kisah satu keluarga lumpuh ini menyita perhatian.

Keluarga tersebut merupakan warga Kampung Curug Cihuni, Desa Curugpanjang, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten.

Dalam satu keluarga itu terdiri atas 8 orang.

Dari 8 orang itu, 7 mengalami kelumpuhan sementara 1 orang bisa beraktivitas seperti biasa.

Kisah sekeluarga lumpuh ini diceritakan oleh Maman Abdurahman (37), dikutip dari Tribun Banten pada Sabtu (13/1/2024).

Maman dan anggota keluarganya mengalami kelumpuhan.

Baca juga: Sakit Parah, Pria Lumpuh Ditinggal Istri dan Anak hingga Meninggal Kelaparan, Keluarga Dapat Karma

Hingga kini Maman tak mengetahui penyebab ia dan saudara-saudaranya mengalami kelumpuhan.

Maman Abdurahman tinggal di rumah panggung dengan bilik dari bambu.

Dirinya tinggal bersama delapan anggota keluarganya.

Maman Abdurahman bercerita jika dirinya tidak bisa jalan sejak dua tahun terakhir.

"Tiba-tiba saja lemas, tidak ada kekuatan (berdiri),” kata Maman ditemui di rumahnya, Kamis (11/1/2024) kemarin.

Sebelum Maman, gejala serupa juga dialami oleh anggota keluarganya yang lain.

Maman, ia dan 6 orang keluarga lumpuh. (KOMPAS.com/ACEP NAZMUDIN)

Paling awal adalah Misto yang sudah 20 tahun mengalami kelumpuhan kaki.

Total ada enam anggota keluarga Maman yang saat ini tidak bisa berjalan karena mengalami kelumpuhan kaki.

“Ada yang sudah lima tahun, delapan tahun, ada yang 20 tahun juga,” kata Maman.

Karena kelumpuhan tersebut, mereka tidak bisa beraktivitas layaknya orang normal lain.

Bahkan untuk berpindah tempat, mereka harus berpegangan ke bambu yang dibuat untuk berjalan tertatih.

Sementara, pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh istri Misto yang tidak mengalami kelumpuhan.

Baca juga: Cuma Dapat Rp20 Ribu Sehari Narik, Driver Ojol Tetap Bawa Anak yang Lumpuh & Kejang, Bingung Berobat

Lalu, untuk kebutuhan hidup mereka mengandalkan bantuan dari para tetangga.

Menurut Maman, memang pernah dapat bantuan dari Pemerintah, namun hanya dua orang anggota keluarga yang mendapatkannya.

“Untuk sekarang sedapatnya saja, kadang ada tetangga kasih,” kata dia.

Terkait penyakit yang dialaminya, Maman mengaku pernah berobat ke puskesmas, namun tidak kunjung sembuh.

Dia juga merasa tidak mendapatkan jawaban memuaskan soal apa penyebab kakinya tidak bisa berjalan.

Saat ini, Maman dan anggota keluarga yang lain, hanya bisa pasrah dengan kondisinya.

Meski demikian, dia tetap berharap bisa sembuh dan hidup normal seperti sebelumnya.

Baca juga: Kisah Pilu Siswi SMK Rawat Nenek dan 2 Paman Lumpuh, Jadi Tulang Punggung, Sering Puasa Tahan Lapar

Sementara itu pernah viral, siswi rawat nenek dan dua pamannya yang lumpuh.

Siswi asal Purworejo ini sudah harus terbiasa dengan kondisi keluarganya yang berkekurangan.

Apalagi kondisi pamannya yang kini harus terbaring lemah karena lumpuh.

Gadis baik hati murah senyum itu adalah Salsabula Putri Auliya.

Kisah pilu siswi SMK di Purworejo, jadi tulang punggung keluarga, ditinggalkan orang tua sejak kecil.

Remaja berhati malaikat ini bernama Salsabila Putri Auliya (16), bersekolah di SMKN 8 Purworejo.

Walaupun masih muda, siswi yang karib disapa Salsa ini tak mau untuk berjualan di sekolah.

Hal ini dilakukannya agar bisa mencukupi kebutuhannya dan kedua pamannya yang lumpuh terbaring di rumah.

Tidak hanya paman, dirinya juga harus merawat nenek yang menderita hal yang sama dengan kedua pamannya.

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Salsa selalu menyiapkan makanan untuk seisi rumah, nenek dan dua yang menderita Distonia.

Baca juga: Pengakuan Bapak Buat Sayembara Rp 250 Juta, Ingin Keluarga Nurut, Menyesal Salah Didik: Hanya Materi

Setelah menyiapkan makanan, dia baru berangkat sekolah sambil membawa tentengan dagangan yang dijual di sekolah dan dititipkan di warung.

Jarak dari rumahnya yang terletak di Desa Tegal Kuning, Kecamatan Banyuurip ke sekolah sekitar 3 kilometer.

Setidaknya ada 10-20 bungkus aneka ragam jajanan yang dititipkannya ke warung-warung.

"Ada keripik pare, sosis , kripik pisang , dan rengginang. Biasanya saya titipkan ke Yayasan juga," kata Salsa saat ditemui di sekolahnya pada Kamis (23/11/2023), seperti dikutip Tribun Jatim dari Kompas.com

Salsabila mengaku sudah membawa dagangan ke sekolah sejak masih SMP.

Saat itu, gadis murah senyum ini sempat berjualan nasi bungkus yang dijual Rp 3.000.

Ibu Salsa sudah meninggal sejak ia berumur 2,5 tahun. Sedangkan ayahnya menghilang sejak dia lahir.

Sejak kecil, Salsa diasuh oleh neneknya yang saat ini sudah berumur 70 tahun.

"Saya belum pernah bertemu dengan ayah," ucap dia. Dulu, saat neneknya masih sehat dan kuat, nenek Salsa juga berjualan keliling, bahkan sang nenek juga berjualan keliling sawah.

Sang nenek berjualan jajanan untuk para petani di sawah dan dibayar dengan padi.

Situasi semakin rumit ketika neneknya yang sudah renta menderita penyakit jantung dan gangguan saraf.

Kini hanya Salsa yang jadi tulang punggung untuk menghidupi empat orang, termasuk dirinya.

"Sekarang nenek sudah tidak bisa jualan lagi, sudah tua. Saya belajar banyak dari nenek," kata Salsa.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Berita Terkini