"Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong," ucap Musri.
Baca juga: Mahfud MD Janji Beri Honor Guru Ngaji hingga Marbot Masjid, Kerap Dipandang Sebelah Mata
Musri menyebutkan, dalam sebulan ia dan teman-temannya bisa tampil sebanyak empat hingga enam kali.
"Sekali tampil bisa bergaji Rp100 ribu sampai Rp 125 ribu per orang tergantung jauh dekatnya lokasi acara," lanjutnya.
Meski profesi badut penghiburnya berbeda jauh dengan pekerjaannya sebagai guru honorer, Musri mengaku tak malu.
"Aku enggak mencuri jadi enggak perlu malu karena aku menganggap apa yang kulakukan ini hanya sebatas menghibur dan membuat orang ketawa saja," ujar Musri.
Terlebih lagi, Musri merasa pekerjaannya sebagai badut penghibur pesta tak mengganggu kesehariannya sebagai guru.
"Walaupun pulang jadi hantu malam tapi saya usahakan jangan sampai mengganggu kerjaan jadi guru.
"Job jadi hantu itu biasanya Sabtu dan Minggu.
"Kadang kalau tidak ada job jadi hantu ya jadi badut," jelasnya.
Lelaki yang tinggal di Desa Kesatuan, Kecamatan Perbaungan tersebut mengaku tak tahu sampai kapan ia harus bekerja sebagai badut.
Musri juga menyebut rekan-rekan guru dan para walimurid telah menerima pekerjaannya sebagai badut.
Pasalnya, mereka memaklumi karena tahu gaji sebagai guru honorer sangat lah kecil.
Keluarga juga tak pernah mempermasalahkan pekerjaannya.
"Saya dan istri sudah lama pisah.
"Kalau anak saya ada satu, tapi dia ikut dengan mamaknya di Medan," katanya.
Musri hanya bisa berharap agar pemerintah bisa memperhatikan kesejahteraan guru honorer seperti dirinya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com