TRIBUNJATIM.COM - Kisah guru SD dipecat lewat WhatsApp padahal 18 tahun mengabdi viral di media sosial.
Namun pihak sekolah mengurai fakta yang tak diketahui banyak publik.
Kepala Sekolah SD Inpres Kalo di Desa Pai, Bima, Nusa Tenggara Barat, Jahara Jainudin angkat bicara.
Dikatakannya, Verawati guru SD lulusan diploma dua (D2) itu memiliki tabiat buruk yang berimbas dipecat.
Jahara Jainudin mengatakan, Verawati memang sudah belasan tahun mengabdi di SD Inpres Kalo Desa Pai.
Namun yang bersangkutan pernah absen selama satu tahun lebih.
Baca juga: Penjelasan Kepsek SD yang Pecat Guru Honorer karena Cuma Lulusan D2, Sengaja Lewat Chat: Hasil Rapat
Selama menjadi guru pendamping untuk kelas IV, Verawati dikenal malas lantaran sibuk mengurus rumah tangga dan bertani.
"Mengapa saya berani katakan itu, saya pegang daftar hadir juga, saya kepala sekolah," tegasnya, dikutip dari Tribun Trends pada Senin (22/1/2024).
Pada 2023 saja, ungkap dia, setelah menerima gaji pada Agustus 2023, Verawati langsung meninggalkan kewajibannya mengajar di sekolah selama empat bulan.
Baru kembali mengajar beberapa hari lalu, sebelum mendapat pemberitahuan dari sekolah via WhatsApp itu.
"Baru masuk ketika ada pencarian dana BOS. Setelah itu malas lagi, dia lebih mementingkan kepentingan di rumah bertani daripada masuk mengajar," kata Jahara Jainudin.
Bukan Dipecat
Lebih lanjut, Jahara Jainudin juga mengungkap fakta soal isu pemecatan.
Sebelumnya curhatan Verawati diduga dipecat melalui pesan WhatsApp beredar luas hingga viral di media sosial.
Dalam curhatannya, Verawati menyebut dirinya dikeluarkan secara tidak hormat setelah mengabdi selama 18 tahun.