Ramadan 2024

Di Jawa Timur Ada Nyekar, 10 Wilayah Ini Punya Tradisi yang Tak Kalah Unik untuk Sambut Ramadan 2024

Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Madura yang berdomisili di Manokwari melakukan tradisi nyekar kubur jelang Bulan Ramadan, Minggu (27/3/2022).

TRIBUNJATIM.COM - Ramadan 2024 merupakan bulan yang ditunggu-tunggu segenap muslim.

Bahkan sukacita Ramadan 2024 sudah terasa sebelum memasuki bulan puasa.

Itu seperti yang terjadi di Jawa Timur. Banyak warga yang menggelar tradisi menyambut Ramadan 2024.

Salah satunya tradisi nyekar.

Nyekar merupakan tradisi membersihkan makam keluarga.

Termasuk mendoakan segenap sanak saudara yang telah lebih dulu dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa.

Selain nyekar, banyak tradisi lainnya di Jawa Timur dan wilayah lain di seluruh Indonesia dalam menyambut Ramadan 2024.

Berikut sepuluh tradisi sambut Ramadan 2024 di antaranya yang dirangkum TribunJatim.com dari Tribun Medan.

 

1. Meugang - Aceh

Dijuluki Serambi Mekkah, kota ini memiliki sejumlah tradisi unik untuk menyambut bulan Ramadan, salah satunya adalah Meugang. Dikenal juga dengan sebutan Makmeugang atau Haghi Mamagang, tradisi ini berlangsung selama bulan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha.

Meugang dimulai sekitar abad ke-14, pada masa Kerajaan Aceh Darussalam. Dalam pelaksanaannya, masyarakat membeli daging di pasar, namun ada juga yang menyembelih sendiri. 

Daging tersebut kemudian dihidangkan dengan hidangan terbaik dan disantap bersama keluarga, kolega (meugang kantor) dan warga desa (meugang di Gampong).

2. Malamang - Sumatra Barat

Masyarakat Minang sangat antusias menyambut bulan Ramadan. Di Sumatera Barat, bulan sebelum puasa sering disebut sebagai bulan lemang (lamang), karena masyarakat Minang umumnya menjalankan tradisi atau membuat lemang. 

Lemang adalah makanan tradisional yang terdiri dari beras ketan yang dimasukkan ke dalam batang bambu panjang, diapit di antara daun pisang, dan dibakar. 

Tradisi membuat lemang ini terkenal di beberapa daerah, antara lain Padang, Pariaman, Padang Pariaman, dan Painan. Selain saat bulan puasa, lemang juga sering dijadikan makanan saat hajatan dan acara-acara kekerabatan. 

 3. Pacu Jalur - Riau

Ada yang menarik dari Riau selama bulan Ramadan, yakni Masyarakat Riau melakukan pacu jalur, sebuah tradisi olahraga dan kekeluargaan. 

Tradisi unik ini merupakan lomba mendayung perahu sepanjang 40 meter di Sungai Kuantan yang melibatkan 40 hingga 60 peserta. 

Puluhan pria mendayung perahu yang terawat baik untuk beradu kecepatan. Tradisi ini telah dipraktekkan selama bulan Ramadan dan hari besar Islam, terutama di masyarakat Kabupaten Singingi, Kuantan, tetapi sekarang diadakan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Jika Anda berkunjung ke Riau, tradisi menarik ini wajib Anda saksikan. 

4. Munggahan - Jawa Barat

Jika Anda tinggal di Jawa Barat, Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan tradisi menjelang Ramadan ini. 

Ya, masyarakat Sunda di Jawa Barat sudah terbiasa melakukan Munggahan sehari atau dua hari sebelum puasa. 

Pada pelaksanaanya, masyarakat berkumpul bersama keluarga, piknik atau makan bersama di tempat wisata, mengunjungi makam atau membersihkan tempat ibadah. Bahkan, di masa lalu, orang-orang, terutama anak laki-laki, akan pergi ke sungai untuk mandi sebagai tanda pembersihan diri untuk bulan suci.

5. Nyadran - Jawa Tengah

Masyarakat Jawa sangat antusias menyambut bulan suci ramadan. Tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadan adalah nyadran, yaitu ziarah ke makam anggota keluarga. 

Acara ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran, dzikir, tahlil, dan doa bersama, dilanjutkan dengan makan bersama di atas tikar di pinggir jalan sambil menyantap makanan khas Jawa, kemudian dilanjutkan dengan besik, atau bersih-bersih kubur, dan diakhiri dengan ziarah ke makam.

6. Megibung - Bali

Di Kabupaten Karangasem, Bali, 'megibung' biasanya dilakukan dengan cara duduk melingkar sambil bersila dan memasak makanan tradisional seperti nasi dan lauk pauk. 

Nasi disajikan dalam wadah dengan daun pisang yang disebut 'gibungan' dan lauk pauknya disajikan dalam daun pisang yang disebut 'karangan'. 

7. Tradisi Dugderan - Semarang

Selain nyadran, Jawa Tengah juga memiliki tradisi unik lainnya.

Misalnya, Semarang memiliki dugderan. Ini adalah pesta rakyat yang menyatukan semua kalangan, mulai dari pejabat pemerintah hingga masyarakat umum.

Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881 saat Semarang dipimpin oleh Bupati Ario Purboningrat yang bergelar Tumenggung.

Hingga saat ini, tradisi tersebut masih rutin dilakukan.

Bahkan, tidak jarang sambutan pembukaan dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah.

Ada banyak kemeriahan yang bisa dinikmati masyarakat setempat. Misalnya, pasar malam, mainan warak ngendog, dan berbagai jenis kuliner. Sebuah pesta penyambutan Ramadan yang dinanti-nanti semua orang.

8. Tradisi Padusan - Boyolali

Masih dari Jawa Tengah, masyarakat Boyolali juga memiliki tradisi Ramadan lainnya, yaitu padusan. Orang-orang berendam atau mandi di sumber air yang dianggap keramat untuk menyucikan diri.

Lokasi padusan bisa di laut, sumber mata air, atau di tempat lain. Salah satu tempat yang menjadi langganan masyarakat Boyolali untuk melakukan tradisi padusan adalah kompleks pemandian Umbul Penging. Ada empat umbul yang menjadi langganan di sini.

9. Tradisi Nyorog - Betawi

Di Betawi, ada sebuah tradisi yang disebut nyorog yang masih sering dilakukan menjelang bulan puasa.

Sudah menjadi kebiasaan bagi seseorang yang dermawan untuk memberikan hadiah kepada orang yang lebih tua.

Tujuannya adalah untuk menghormati orang yang lebih tua saat memasuki bulan puasa.

Hadiah yang diberikan bisa berupa makanan atau sembako.

Makanan yang diberikan terdiri dari berbagai makanan khas Betawi.

Misalnya, soto tangkar, sayur babanci, gabus pucung, dan lain-lain.

10. Tradisi Balimau - Sumatera Barat

Selain malamang, masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat memiliki tradisi lain yang disebut balimau.

Orang-orang berbondong-bondong ke pemandian atau sungai untuk mandi dengan air perasan jeruk nipis sebagai pengganti sabun.

Tujuannya adalah untuk membersihkan tubuh sebelum memasuki bulan Ramadan.

Tradisi ini bisa dikatakan mirip dengan padusan di Boyolali, tidak hanya untuk menyucikan tubuh, tapi juga jiwa.

Masyarakat biasanya menambahkan bumbu-bumbu lain selain jeruk nipis.

11. Tradisi Sambut Ramadhan di Jatim

a. Tradisi Ngosaran di Bangkalan

Tradisi Ngosaran di Bangkalan rutin dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini mirip dengan nyekar, yaitu merupakan pembersihan area makam kerabat dan keluarga.

Tradisi Ngosaran dilakukan dengan tujuan keluarga yang hendak ziarah tidak terganggu dengan kondisi makam yang kurang bersih. Tidak hanya itu, tradisi ini menjadi kesempatan untuk bersilaturahmi dengan anggota keluarga lain yang mungkin lama tidak jumpa.

b. Tradisi Unggahan di Blitar

Di Blitar, tradisi Unggahan umumnya digelar sekitar seminggu sebelum Ramadan. Tradisi ini dilakukan sekelompok warga, dengan masing-masing membawa satu hingga dua jenis berkatan atau nasi kotak.

Isian berkatan biasanya adalah nasi, dilengkapi lauk tahu, ayam, mie, serta kue seperti apem. Setelah itu, kelompok warga tersebut akan berkumpul dan mengirim doa untuk para tetua yang telah mendahului.

c. Tradisi Mandi Bersama di Gresik

Ada tradisi unik yang biasa dilakukan masyarakat Gresik untuk menyambut Ramadan. Mereka mandi bersama di Sendang Sono.

Menurut kepercayaan warga setempat, tradisi itu dilakukan sebagai upaya untuk menyucikan diri dari dosa-dosa, agar siap menjalankan ibadah puasa.

Sendang Sono tak hanya digunakan pada saat sebelum Ramadan. Tapi juga saat tradisi Rebo Wekasan. Tepatnya di bulan Safar.

d. Tradisi Buto-butoan di Jember

Tradisi Buto-butoan merupakan percampuran budaya jaranan dan ondel-ondel. Tradisi ini rutin dilakukan sebelum datangnya bulan suci Ramadan oleh masyarakat Jember.

Walau namanya Buto yang dalam bahasa Jawa artinya raksasa, tradisi tersebut dilakukan sebagai ungkapan rasa gembira karena bisa sekali lagi beribadah di bulan Ramadan.

e. Tradisi Nyadran Sonoageng di Nganjuk

Di Desa Nganjuk, masyarakat menyambut bulan Ramadan dengan tradisi Nyadran Sonoageng. Prosesi tradisi Nyadran umumnya dilakukan dengan arak-arakan sesaji jolen, dengan rute balai desa ke makam leluhur.

Selain untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Nyadran dilakukan untuk menolak bala.

f. Tradisi Cuci Karpet di Pasuruan

Merayakan bulan Ramadan dengan makan-makan dan pengajian mungkin sudah biasa. Tapi, pernahkah detikers menjumpai tradisi cuci karpet?

Yap, di Pasuruan, masyarakatnya masih rutin melakukan cuci karpet masjid dan musala di Mata Air Umbulan. Kebiasaan ini dilakukan sebagai langkah untuk memberikan kenyamanan masyarakat Pasuruan yang nantinya akan melakukan salat tarawih di masjid dan musala.

g. Tradisi Gerebeg Apem di Jombang

Terakhir, ada masyarakat Jombang yang rutin menggelar Gerebeg Apem sebagai momen perayaan menyambut bulan suci Ramadan. Apem dalam bahasa Arab punya makna maaf.

Gerebeg Apem dilakukan dengan membuat gunungan kue apem yang diarak-arak di kota. Tradisi ini adalah simbol dan keyakinan masyarakat Jombang agar ibadah di bulan puasa semakin diberkati.

Berikut doa menyambut Ramadan untuk keberkahan

Dikutip dari laman baznas.go.id, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabarani dan Imam Ad-Dailami, Nabi Muhammad SAW mengamalkan doa berikut:

Allahumma sallimni li Ramadhana, wa sallim Ramadhana li, wa sallimhu minni

Artinya: “Ya Allah, selamatkanlah aku (dari penyakit dan uzur lain) demi (ibadah) bulan Ramadhan, selamatkanlah (penampakan Hilal) ramadhan untukku, dan selamatkanlah aku (dari maksiat) di bulan Ramadhan.”

Doa kebaikan lainnya yakni sebagaimana yang dijelaskan dalam Latha-if al-Ma’arif, 148:

Allaahumma sallimnii ilaa romadhoona wa sallim lii romadhoona wa tasallamhu miniii mutaqobbalaa

Artinya: “Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amalan-amalanku di bulan Ramadhan.”

Pada zaman Rasulullah SAW, para sahabat dan ulama pun menyambut kehadiran bulan Ramadan dengan penuh suka cita, dan melepasnya dengan tangisan.

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Dorrutun Nasihin yang berbunyi:

Artinya: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”

Selain memanjatkan doa-doa kebaikan untuk menyambut Ramadan, ada baiknya seorang Muslim juga mengiringinya dengan berzikir.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika melihat tanda datangnya bulan Ramadan.

Diriwayatkan dalam hadist Imam Ahmad, yang berbunyi:

Allahu akbaru, la haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhini. Allahumma inni as’aluka khaira hadzas syahri, wa a’udzu bika min syarril qadari, wa min syarril mahsyari.

Artinya: “Allah maha besar. Tiada daya dan upaya kecuali berkat pertolongan Allah yang Maha Agung. Aku memohon kepada-Mu kebaikan bulan ini (Ramadhan). Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan takdir dan keburukan mahsyar.”

Artikel ini telah tayang Tribun Batam dan Tribun Medan

---

Berita Artis dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Berita Terkini