Ramadan 2024

Sebaiknya Itikaf Mulai Jam Berapa? Amalan 10 Hari Terakhir Ramadan untuk Mendapatkan Lailatul Qadar

Editor: Hefty Suud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah jamaah tengah melakukan itikaf pada 10 hari terakhir Ramadan di Masjid Habiburrahman PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Itikaf merupakan ibadah yang diniatkan untuk meraih malam Lailatul Qadar yang kerap disebut sebagai malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

TRIBUNJATIM.COM - Itikaf merupakan salah satu amalan yang baik dilakukan di 10 terakhir bulan Ramadan.

Tribunners bisa melakukannya malam ini, untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan 2024.

Adapun itikaf merupakan berdiam diri di masjid karena Allah SWT untuk melaksanakan ibadah.

Melaksanakan itikaf dianjurkan pada 10 hari terakhir Ramadan.

Adapun lama waktu seseorang disebut itikaf, menurut mazhab Syafii adalah lebih lama dari ruku' dalam sholat.

Artinya, jika seseorang berada di masjid lebih kurang lima menit dianggap sudah itikaf asalkan sejak awal berniat untuk itikaf.

Lantas sebaiknya itikaf mulai jam berapa?

Waktu itikaf

Jika ingin beritikaf selama 10 hari terakhir Ramadan, maka seorang yang beritikaf mulai memasuki masjid setelah melaksanakan salat subuh pada hari ke-21 dan keluar setelah salat subuh pada Idul Fitri menuju lapangan.

Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis Aisyah, ia berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beriktikaf pada bulan . Apabila selesai dari salat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus iktikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beriktikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”

Namun para ulama madzhab menganjurkan untuk memasuki masjid menjelang matahari tenggelam pada hari ke-20 .

Mereka mengatakan yang namanya 10 hari yang dimaksudkan adalah jumlah bilangan malam sehingga seharusnya dimulai dari awal malam.

Para ulama sepakat bahwa itikaf tidak ada batasan waktu maksimalnya.

Namun mereka berselisih pendapat berapa waktu minimal untuk dikatakan sudah beritikaf.

Bagi ulama yang mensyaratkan itikaf harus disertai dengan puasa, maka waktu minimalnya adalah sehari.

Baca juga: Amalan Wanita Haid untuk Mendapatkan Malam Lailatul Qadar, Ada Cara Khusus Dijelaskan Buya Yahya

Baca juga: Tata Cara Salat Tasbih, Amalan yang Dikerjakan di Malam Lailatul Qadar, Lengkap Jumlah Bacaan Tasbih

Ulama lainnya mengatakan, dibolehkan kurang dari sehari, namun tetap disyaratkan puasa.

Imam Malik mensyaratkan minimal sepuluh hari.

Imam Malik juga memiliki pendapat lainnya, minimal satu atau dua hari.

Sedangkan bagi ulama yang tidak mensyaratkan puasa, maka waktu minimal dikatakan telah beritikaf adalah selama ia sudah berdiam di masjid dan di sini tanpa dipersyaratkan harus duduk.

Yang tepat dalam masalah ini, itikaf tidak dipersyaratkan untuk puasa, hanya disunnahkan.

Menurut mayoritas ulama, itikaf tidak ada batasan waktu minimalnya, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang hari.

Al Mardawi rahimahullah mengatakan, “Waktu minimal dikatakan iktikaf pada iktikaf yang sunnah atau iktikaf yang mutlak adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat).”

Umat muslim amaah mengikuti salat tahajud, hajat dan tasbih saat melakukan itikaf atau berdiam diri di dalam masjid pada malam ganjil hari ke-21 Ramadan di Masjid Al Akbar Surabaya, Rabu (6/6/2018) dini hari. Menginjak malam 21 Ramadan, Masjid Al Akbar menggelar acara ibadah qiyamul lail, untuk memperoleh berkah lailatul qadar. (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Apa Saja yang Diperbolehkan saat itikaf di Masjid?

Baca juga: 3 Tanda-tanda Lailatul Qadar, Malam yang Lebih Baik dari 1000 Bulan di 10 Hari Terakhir Ramadan

1. Keluar masjid disebabkan ada hajat yang mesti ditunaikan seperti keluar untuk makan, minum, dan hajat lain yang tidak bisa dilakukan di dalam masjid.

2. Melakukan hal-hal mubah seperti mengantarkan orang yang mengunjunginya sampai pintu masjid atau bercakap-cakap dengan orang lain.

3. Istri mengunjungi suami yang beriktikaf dan berdua-duaan dengannya.

4. Mandi dan berwudu di masjid.

5. Membawa kasur untuk tidur di masjid.

Hal yang Membatalkan Itikaf

1. Keluar masjid tanpa alasan syari dan tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak.

2. Jima (bersetubuh) dengan istri berdasarkan Surat Al Baqarah ayat 187 Ibnul Mundzir telah menukil adanya ijma (kesepakatan ulama) bahwa yang dimaksud mubasyaroh dalam surat Al Baqarah ayat 187 adalah jima (hubungan intim).

Baca juga: Doa Malam Lailatul Qadar, Lengkap dengan Terjemahannya, Malam yang Istimewa dalam Bulan Ramadan

Tata cara dan waktu pelaksanaan

Ilustrasi ketentuan itikaf bulan Ramadan 2024. (IndonesiaBertauhid/unsplash.com.)

Ustaz Maulana menyebut, tata cara melakukan itikaf dapat dilakukan dengan beberapa hal.

Pertama, sebaiknya mengucapkan niat "Nawaitu al-i’tikafa fî hadza al-makani lillahi ta'ala."

Lalu, yang kedua yakni bangun pada jam 1 dini hari dan lakukan shalat malam, misalnya shalat tahajud, shalat taubat, dan shalat hajat.

Sebelum melakukan shalat malam dan itikaf, diwajibkan untuk mensucikan diri dengan berwudu.

"Shalat malam itu boleh bergantian dan sesuai kemampuan," terang dia.

Kemudian, puncak iktikaf terjadi di jam 2-3 dini hari yang dilakukan dengan bermunajat, berzikir, dan membaca Al Quran.

Adapun waktu pelaksanaannya adalah pada saat malam ke-21 Ramadan atau malam sepuluh terakhir.

"Diusahakan untuk dilakukan hingga akhir bulan Ramadan. Kalau tidak sempat, maka boleh dilakukan di setiap malam ganjil, 21, 22, 23, 25, 27 dan 29," terangnya.

Berita tentang Ramadan 2024 lainnya

Berita Terkini