Penyakit ini bisa menjadi parah dan bahkan berakibat fatal.
Setiap tahun, 300 hingga 900 orang di Amerika Serikat didiagnosis anemia aplastik.
Dikutip dari Cleveland Clinic, sebuah studi menunjukkan anemia aplastik mempengaruhi 2 dari 1 juta orang di Eropa.
Siapa pun dapat terkena anemia aplastik, tetapi penyakit ini biasanya menyerang orang berusia 15 hingga 25 tahun dan berusia 60 tahun ke atas.
Penyebab Anemia Aplastik
Hingga saat ini, para ahli belum mengetahui alasan mengapa seseorang bisa terkena anemia aplastik.
Akan tetapi, hal ini biasanya terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sumsum tulang, sehingga tidak dapat membuat sel induk.
Kondisi medis tertentu, kondisi keturunan, perawatan medis, dan paparan karsinogen tertentu dapat meningkatkan risiko terkena anemia aplastik.
Kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko terkena anemia aplastik, di antaranya:
- Penyakit autoimun seperti lupus.
- Infeksi virus seperti virus Epstein-Barr, cytomegalovirus (CMV), parvovirus B19 dan human immunodeficiency virus (HIV).
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, kelainan yang didapat ketika sel darah merah Anda rusak terlalu cepat.
- Kehamilan.
Masih mengutip Cleveland Clinic, perawatan bagi pasien penderita anemia aplastik bervariasi, tergantung pada situasi.
Misalnya, beberapa orang menderita anemia aplastik karena mereka menerima pengobatan kanker atau penyakit autoimun.
Dalam hal ini, penyedia layanan mungkin dapat mengobati anemia aplastik dengan mengubah pengobatan.
Jika tes menunjukkan kadar sel darah lebih rendah dari normal dan tidak menunjukkan gejala, dokter mungkin mengatakan pasien menderita anemia aplastik sedang.
Dalam hal ini, penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan untuk memantau kesehatan secara keseluruhan dan jumlah darah, sehingga mereka dapat bergerak cepat jika kondisi semakin memburuk.
Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com
Berita tentang Babe Cabita lainnya