Berita Ponorogo

Si Jago Merah Mengamuk, Kandang Warga Ponorogo Terbakar, 10 Kambing Tak Terselamatkan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Si jago merah mengamuk di Desa Campurejo, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Jatim), Rabu (1/5/2024) pagi.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Si jago merah mengamuk di Desa Campurejo, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Jatim), Rabu (1/5/2024) pagi.

Sebuah kandang kambing milik Djais (62), warga setempat, habis terbakar.

10 kambing dilaporkan hangus terbakar karena amukan api.

“Total di kandang kambing ada 17 kambing. 7 bisa diselamatkan. 10 tidak bisa diselamatkan,” ungkap Kapolsek Sambit, AKP Baderi, Rabu siang.

Dia menjelaskan, pemilik seperti biasa membakar sampah yang ada di sekitar kandang kambing.

Setelah membakar sampah, pemilik pergi ke sawah.

“Tapi sebelum ke sawah, pengakuan pemilik sudah memastikan api benar-benar padam. Tetapi rupanya masih ada sekam (bara api). Jadi tidak benar-benar padam,” katanya.

Tak lama setelah pemilik ke sawah, api membesar.

Tetangga korban, Tumini yang melihat ada kobaran api langsung berteriak kebakaran.

“Teriakan tersebut memunculkan reaksi. Tetangga lain berdatangan dan menyelamatkan kambing. Digeret (ditarik) satu per satu kambingnya,” tegasnya.

Namun, usaha menarik satu per satu kambing tak sepenuhnya berhasil.

Hanya 7 kambing yang selamat. Sedangkan 10 kambing lainnya terlanjur terbakar.

Baca juga: Penyebab Kebakaran Warung Nasi Sego Resek di Malang, Tabung Elpiji Sempat Dibawa ke Kamar Mandi

“Sebagian kambing bisa keluar. Sebagian kambing terjebak api. Kalau korban manusia luka-luka dipastikan tidak ada,” papar mantan Kanit Laka Satlantas Polres Ponorogo ini.

AKP Baderi mengaku secara total kerugian kisaran Rp 20 juta.

Lantatan jika dikalkulasi, satu kambing bernilai Rp 2 juta per ekor.

“Ini juga sebagai pembelajaran bersama. Ketika membakar sampah, pastikan apinya benar-benar padam sebelum ditinggalkan,” pungkasnya.

Berita Terkini