TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Inilah kisah mengharukan saat kakek Yadian (85) dan istrinya nenek Ginah (75), yang setiap hari menjadi petani naik haji tahun ini.
Calon jemaah haji (CJH) Embarkasi Surabaya tersebut bisa naik haji berkat sikap mulia putra-putrinya yang menabungkan khusus orang tuanya.
Kakek dan nenek yang setiap hari menggarap sawah miliknya itu kini bisa bahagia. Tidak ada dalam benak Mbah Yadian dan Mbah Ginah bisa naik haji berdua. Bisa naik haji itu sebuah impian besar keduanya. Menyempurnakan rukun Islam kelima.
"Bersyukur, kulo diparingi sehat. Kulo tani teng sabin kaleh bapake. (Kami bersyukur diberi kesehatan. Kami bertani di sawah). Kulo saget haji dirombong anak Kulo wolu. Nabung. (Saya bisa naik haji ditabungkan delapan anak saya)," ucap Ginah bangga saat ditemui Trihunnetwork di Asrama Haji Sukolilo, Sabtu (11/5/2024).
Kakek Yadian dan Nenek Ginah adalah kloter pertama Embarkasi Surabaya asal Desa Jati Blimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro.
Baca juga: Butuh Waktu 2 Jam CJH Bojonegoro Masuk Kamar Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Ini Penyebabnya
Kakek Yadian tampak tertawa lepas saat mengklaim dirinya masih kuat. Setiap hari, mencangkul di sawah juga masih kuat.
Ketika petugas menyarankan naik mobil golf ke kamar Asrama Haji dari Hall Mina, Yadian masih ingin jalan bersama istri setianya.
Kakek ini merasa masih mampu. Ruso. Memang Yadian dan Ginah tanpa tongkat atau alat bantu lainnya saat jalan. Meski usianya sudah uzur.
"Sing penting sabar lan nriman. Selalu bersyukur sehingga bahagia dan sehat. Sama ojo meneng mawon. Kedah gerak awak Iki (jangan pernah berhenti bergerak tubuh ini)," kata Kakek Yadian membocorkan tips awet sehatnya.
Baca juga: Keberangkatan CJH Bojonegoro Diwarnai Tangis Keluarga, 80 Jemaah Menyusul ke Asrama Haji Sukolilo
Baca juga: Jemaah Haji Tertua di Gresik Berusia 91 Tahun, Beri Tips Kesehatan, Suka Makan Ikan
Namun dia mengakui bahwa casing keriput seluruh tubuhnya tak bisa ditolak. Namun dia tetap akan gerak (olahraga) di sawah.
Dia masih menggarap lahan sawahnya yang tidak luas. Sementara istrinya, Ginah selalu menemani ke sawah.
Ginah pun mengakui bahwa dirinya siap mengikuti prosesi ibadah haji di tanah suci. Sebab secara fisik, Ginah mengaku tidak ada masalah.
Dia bersama suaminya selalu rutin "olahraga" di sawah setiap pagi. "Pados serngenge (cari sinar matahari) sampai jam 09.00," kata Ginah sambil duduk rileks.
Di tengah duduk itu, dia teringat kedelapan anaknya yang sudah berumah tangga. Semua anaknya sepakat memberangkatkan haji orang tuanya.
Baca juga: Simpan Uang di Bawah Bantal 12 Tahun, Mbah Hasinah Akhirnya Naik Haji, Kemenag Kagum: Dia Terpanggil
Yadian dan Ginah mendaftar haji pada 2017. Karena tergolong lansia di atas 75 tahun, keduanya mendapat prioritas masuk porsi haji tahun ini.
Baik saat mendaftar masing-masing Rp 25 juta maupun pelunasan haj Rp 31 juta setiap CJH, semua anak-anaknya sengkuyung, bergotong-royong, dan urunan membayar demi kebahagiaan orang tuanya. Menyempurnakan rukun Islam yang kelima.
Sekeluarga Naik Haji
Kalau Yadian adalah CJH usia sepuh, berkebalikan dengan Muhammad Farid (20). CJH kloter pertama Embarkasi Surabaya dari Bojonegoro Kota ini adalah jemaah haji termuda. Masih kuliah semester IV.
Farid terus menebar senyum saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo. "Saya berangkat haji barang kedua orang tua dan kakak saya. Alhamdulillah kami bisa berangkat bersamaan," kata Farid.
Farid adalah keluarga pedagang yang sukses di Pasar Bojonegoro. Mereka mendaftar pada 2011. Saat ini, mereka mendapat kesempatan bisa terbang naik haji dalam waktu bersamaan.
Mahasiswa ini bersyukur karena sudah bisa naik haji tahun ini. Karena keluarganya masih relatif muda, tidak ada persiapan khusus. Farid akan terus berdoa dan memperbanyak ibadah selama di tanah suci.
"Semoga kami diparingi lancar beribadah haji dan selamat kembali ke kampung halaman lagi," kata Farid