Setiap malam, alas tidurnya hanya jok angkot yang sedikit keras.
"Saya tidur di mobil, itu pakaian saya, saya bawa. Untungnya mobil ini sama yang punya boleh saya bawa pulang," kata Amsori sambil tertawa.
Setiap malam, Amsori memarkirkan angkotnya di sekitar Jalan Ende, Tanjung Priok, untuk beristirahat.
Amsori mengaku, meski tidur di dalam angkot semalaman, ia tetap merasa nyaman dan tak pernah khawatir terkena aksi kejahatan.
"Saya enggak takut ada aksi kejahatan," ujar Amsori.
Bagi Amsori, pengalamannya merantau hampir 20 tahun di kawasan Tanjung Priok bisa menghindarkannya dari aksi kejahatan yang marak terjadi.
Selain itu, Amsori juga memiliki banyak teman yang siap membantunya apabila terkena aksi kejahatan.
Bagi Amsori, pendapatannya menarik angkot di tahun-tahun sebelumnya cukup menjanjikan.
"Saya dulu, bisa menyekolahkan anak masuk pesantren, bantu anak nikah," terang Amsori.
Bahkan Amsori bisa merenovasi rumah peninggalan orang tuanya berkat hasil menarik angkotnya di kawasan Tanjung Priok.
Namun setelah putri sulungnya menikah di tahun lalu, Amsori merasa, pendapatan menarik angkot justru menurun dratis.
Uang hasil menarik angkotnya seringkali hanya cukup untuk membeli bensin dan membayar setoran sewa.
"Bensin Rp200.000 sehari, ama setoran Rp170.000 berarti kan hampir Rp 400.000?"
"Lah, kalau kita enggak dapat sampai Rp500.000, ya enggak dapat uang," ujar Amsori.
Bahkan terkadang, pendapatan menarik angkot Amsori juga tak cukup untuk bayar setoran.