TRIBUNJATIM.COM - Kisah Mbah Yatin jadi tukang servis payung menjadi viral di media sosial.
Pasalnya, Mbah Yatin terpaksa bekerja padahal sakit.
Sosoknya yang tengah muntah-muntah di pinggir jalan terekam kamera.
Terlihat pria berusia 66 tahun itu tanpa alas kaki terkulai lemah di depan sebuah ruko.
Video Mbah Yatin diantaranya diunggah akun Instagram @sayaphati, Senin (3/6/2024).
Berdasarkan keterangan unggahan itu, Mbah Yatin tengah sakit, ia sesak nafas dan terus muntah-muntah.
Mbah Yatin tampak terus memegangi perut dan kepalanya.
"Waktu td lg dijalan mau pulang kerumah, gak sengaja lihat kakek2 yg sedang duduk dipinggir jalan sambil memegangi perut dan kepalanya. Waktu saya perhatikan sebentar, tiba2 kakek muntah2 krn sedang sakit," tulis keterangan unggahan tersebut, dikutip dari TribunJabar, Rabu (5/6/2024).
Baca juga: Dilindas Mobil hingga Patah Tulang, Mbah Jara Disuruh Pelaku Pulang Naik Becak, Batal ke Rumah Sakit
Sehari-hari Mbah Yatin diketahui bekerja sebagai tukang servis payung keliling.
Saat bertemu dengan perekam video, Mbah Yatin mengaku sudah tiga hari sakit.
Setiap kali ia makan atau minuman langsung mengalami muntah.
"Waktu saya dekati beliau, kakek cerita klo udah 3 hari kakek sakit, setiap kali kakek makan atau minum pasti langsung muntah2," lanjutnya.
Saat dihampiri, Mbah Yatin pun kesusahan menjawab.
Nafasnya tampak terengah-engah.
"Sesak nafas, muntah-muntah," ujar Mbah Yatin.
Baca juga: Penjelasan Kades soal Tanah 1,7 Hektar Mbah Siyem Jadi Milik Pemdes: Memang Tak Ada Bukti Jual Beli
Diunggahan selanjutnya, kepada perekam video Mbah Yatin mengaku terpaksa berangka bekerja meski saat sakit.
Hal itu karena dirinya harus membayar hutang ke warung makan.
Baca juga: Viral, Daftar Nama Jemaah Haji Bervisa Palsu Beredar di Media Sosial, Ada yang dari Jawa Barat
"Lebih sedihnya lg, waktu saya tanya kenapa kakek tdk istirahat saja krn sedang sakit? Mbah Yatin bilang klo beliau terpaksa berangkat keliling menawarkan jasa service payungnya, krn beliau mempunyai hutang ke warung makan sebesar Rp.80.000," tulis unggahan tersebut.
Kaki Mbah Yatin pun tampak bengkak dan wajahnya yang pucat.
"Di sini kakek pucat, sepertinya emang belum makan apalagi alasan kakek juga keluar karena ada hutang. Ternyata waktu team ke tempat kakek, tetangga bilang kakek waktu balik ke rumah pingsan," lanjutnya.
Di akhir video terlihat potret Mbah Yatin berada di rumahnya.
Rumah Mbah Yatin terlihat hanya sepetak kecil memanjang yang hanya muat untuk dirinya.
Unggahan itu pun viral di media sosial dan menuai beragam komentar warganet.
@mer***.
Ya allah pedih hatiku ngeliat ini.
@amb***.
dia kaya kena tipes deh,muntah saat makan dan minum gtu.
@ash***.
ya allah kalo aku jadi tukang warung itu, aku kasih tiap hari buat kakek itu makan secara gratis, bahkan kalau ada rejeki lebih aku siapin tempat tinggal layak buat kakek.
Baca juga: Sosok Mbah Made Tawa Wisuda di Usia 81 Tahun, Punya 40 Cucu, Sempat Kena Stroke di Semester Akhir
Pemandangan miris dan memilukan juga terlihat Ponorogo.
Tubuh renta Mbah Boirah, seorang warga di Ponorogo digotong beramai-ramai oleh warga dan tetangganya.
Mbah Boirah harus mengobati tubuhnya ke rumah sakit, tetapi perjuangannya tak bisa diremehkan.
Pasalnya, tubuh renta Mbah Boirah yang sudah kesakitan itu harus melakukan perjalanan keluar dari desanya yang akses jalannya rusak.
Berawal dari tersebarnya sebuah video berdurasi 24 detik yang memperlihatkan seorang nenek ditandu, viral di media sosial.
Tampak dua pria memikul bambu yang diikatkan dengan kursi.
Seorang nenek berjilbab hitam duduk di kursi tersebut.
Tak hanya itu, sejumlah orang juga turut mengikuti sang nenek dari arah belakangnya.
Baca juga: Ditinggal 2 Tahun, Mbah Siyem Nangis Tanahnya 1,7 Hektar Kini Jadi SD dan Kolam, Pemdes: Ambil Alih
Ternyata, berdasarkan penelusuran seperti dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, peristiwa tersebut terjadi Wonopuro, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur pada Selasa (28/5/2024).
Sang nenek yang ditandu tersebut bernama Boirah.
Sakim, anak kandung Boirah mengungkapkan bahwa ibu kandungnya terpaksa ditandu untuk dibawa ke rumah sakit lantaran akses jalan dari rumah ke jalan raya susah.
Untuk itu keluarga memutuskan menggotong Boirah dengan ditandu menggunakan kursi.
“Karena kondisi jalan yang rusak makanya kami harus gotong. Ibu kami mengalami sakit keseleo,” kata Sakim.
Sakim mengatakan kondisi jalan di kampung halamannya yang rusak membuat mobil sulit masuk ke desanya.
“Jadi mobil menunggu di pinggir jalan besar. Untuk turun ke jalan raya harus dipikul dengan jarak sekitar dua kilometer,” tutur Sakim.
Senada dengan Sakim, Daimin warga setempat menyatakan, kejadian warga sakit terpaksa dipikul sudah terjadi selama bertahun-tahun di wilayah itu.
Ternyata, di tempat tinggal Mbah Boirah, Sakim dan Daimin, warga sudah terbiasa hidup dengan jalan rusak dan permintaan perbaikan yang belum terealisaskan.
Warga setempat sudah terbiasa bergotong royong memikul orang sakit untuk dibawa ke jalan besar.
Tak hanya orang sakit, beberapa kali ada warga yang hendak melahirkan terpaksa harus digotong ramai-ramai hingga ke jalan raya.
“Bahkan orang mau melahirkan juga kami gotong ramai-ramai. Pernah ada dua kejadian ibu melahirkan di jalan saat digotong menuju jalan raya,” tutur Daimin.
Daimin menjelaskan, di Wonopuro dihuni sebanyak 140-an jiwa yang terdiri dari 37 kepala keluarga .
Mereka menghuni sekitar 30 rumah.
Wilayah Wonopuro hanya dapat diakses menggunakan kendaraan roda dua.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com