TRIBUNJATIM.COM - Kisah pemulung yang kini berhasil naik haji bersama istri setelah lama menabung menarik disimak.
Kisah perjuangan yang dilakukan oleh pemulung asal Mojokerto, Jawa Timur, ini begitu menginspirasi.
Ia mengungkap caranya menabung agar akhirnya bisa berangkat naik haji.
Setiap orang memiliki perjuangan untuk bisa berangkat haji seperti sosok pemulung bernama Khumaidi Katijan (49).
Meski hanya bekerja sebagai pemulung, tak membuatnya meruntuhkan tekadnya untuk menuaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Kini kisah Khumaidi Katijan viral di media sosial.
Sehari-harinya bekerja sebagai pemulung, Khumaidi Katijan berhasil mewujudkan salah satu mimpi besarnya tersebut.
Sampai detik ini pun, Khumaidi Katijan mengaku masih tak menyangka ia bisa menunaikan ibadah haji.
Tak sendiri, Khumaidi Katijan berangkat bersama sang istri, Siti Fatimah (45).
Dikutip dari jatim.kemenag.go.id pada Selasa (4/6/2024), Khumaidi Katijan bekerja sebagai pemulung barang bekas di TPA Karangdiyeng, Kecamatan Kuterejo, Jawa Timur.
Khumaidi Katijan dan istrinya memiliki dua orang anak dan mereka menabung demi mewujudkan ibadah ini.
Rupanya keinginan untuk naik haji ini pertama kali datang dari sang istri.
Mendengar impian sang istri awalnya Khumaidi sempat pesimis.
Di pikirannya saat itu ia ragu, karena dirinya hanyalah seorang pemulung.
Baca juga: 5 Tahun Sekali Warga Arab Saudi Boleh Berhaji, Aturan Soal Haji Ketat dan Tak Sembarangan
"Saya ini cuma pemulung barang bekas, biaya haji kan mahal, apalagi kalau berdua," ujarnya.
Akan tetapi, Khumaidi Katijan tetap berusaha meski ia tahu ini bukan hal yang mudah.
"Pada tahun 2011 itu kebetulan tabungan kami sudah terkumpul Rp10 juta.
Awalnya ingin saya belikan tanah kecil-kecilan tetapi saya ingat kalau istri ingin berangkat haji.
Dibantu dana talangan, akhirnya saya bisa mendaftar haji," papar Khumaidi Katijan.
Tak hanya menabung untuk ibadah haji, tapi Khumaidi Katijan juga mengelola uangnya untuk persiapan dana pelunasan.
Hal ini ia lakukan setelah mendaftar haji.
Khumaidi Katijan pun blak-blakan dengan pendapatannya per hari sebagai seorang pemulung.
"Dari memulung, saya bisa memperoleh uang penghasilan seratus ribu atau kalau sedang sepi, ya kurang dari seratus ribu per hari," lanjutnya.
Khumaidi Katijan disiplin dalam membelanjakan penghasilannya.
Ia hanya memakai Rp25 ribu per hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sisanya ia gunakan untuk tabungan haji.
Selain bekerja sebagai pemulung, Khumaidi Khumaidi Katijan dan sang istri bikin usaha lain.
Mereka sempat menekuni pembuatan batu merah.
Usaha ini cukup membantu perekonomian keluarganya.
Sayangnya usaha ini berhenti 4 tahun lalu karena tanahnya sudah habis.
Baca juga: Antar Ibu Berangkat Haji, Kepsek Syok Dapat Pesan WA Isi Video Muridnya Dibully, Langsung Pingsan
Rencana berangkat haji ini sendiri sempat terunda tiga tahun karena pandemi Corona.
Sejatinya, Khumaidi Katijan dan Siti Fatimah harus berangkat ke Mekkah pada tahun 2021 lalu, tapi harus ditunda.
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur tahun ini dipanggil untuk berhaji ke Baitullah," ujar Khumaidi Katijan.
Lebih lanjut, Khumaidi Katijan dan istrinya tergabung dengan kloter 65.
Pasangan ini terbang ke Tanah Suci pada Rabu (29/5/2024), pukul 14.10 WIB.
Khumaidi Katijan ingin mendoakan anak-anak dan saudara-saudaranya.
Ia berharap, keluarga besarnya juga bisa menunaikan ibadah haji seperti dirinya.
Selain itu, Khumaidi Katijan juga berdoa agar keluarganya diberikan kehidupan yang barokah oleh Allah SWT.
Kisah serupa juga dialami Supartono.
Bagaimana tidak, dia senang bercampur haru hingga tak bisa berkata apa-apa saat dipanggil bisa menunaikan haji tahun 2024.
Terlebih pria yang berusia 61 tahun ini pekerjaan sehari-harinya adalah pemulung.
Saat didatangi TribunJatim.com di rumahnya Jalan Sekar Taman, Kelurahan Tonatan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, ia menceritakan kisahnya.
Saat tiba di rumahnya, Supartono baru saja sampai dari Puskesmas Ponorogo Selatan.
Saat itu, dia habis melaksanakan senam haji di Puskesmas Ponorogo Selatan.
Uniknya, saat kemana-mana, bapak dua orang anak ini tetap membawa gerobak yang biasa dibuat mulung.
"Ya sambil berjalan, sambil ambil sampah. Menjaga kebersihan juga," ungkap Supartono membuka percakapan, Sabtu (4/5/2024).
Mbah Tono, sapaan akrab Supartono, lalu berkisah bahwa menunaikan ibadah haji adalah mimpinya.
Dia sempat tak percaya bahwa mimpinya akan terwujud.
Apalagi melihat kondisinya yang hanya seorang pemulung.
"Saya ini orang tidak tahu apa-apa. Saya SD saja tidak lulus. Alhamdulillah Ya Allah saya diberikan jalan untuk haji," kata Mbah Tono sambil mengusap air matanya.
Mbah Tono mengaku tekad kuatnya untuk menjalan rukun Islam ke-5 saat bermimpi di tahun 1998.
Suatu ketika di tahun 1998, dia bermimpi digandeng seseorang keliling Ka'bah.
"Saya terbangun saat itu. Langsung berdoa kepada Gusti Pangeran Yang Maha Agung untuk bisa menunaikan ibadah haji," ujar Mbah Tono.
Tidak sekedar berdoa, Mbah Tono juga mulai mewujudkan impiannya tersebut.
Dia mulai menabung setiap hari dengan berbagai nominal.
"Kadang Rp3 ribu rupiah per hari. Kadang Rp5 ribu. Paling banyak pernah menabung Rp15 ribu," papar Mbah Tono saat ditemui di rumahnya.
Di tahun 1998, Mbah Tono menyebutkan bahwa dirinya tidak sekedar bekerja sebagai pemulung.
Semua pekerjaan dia lakoni, seperti tukang sapu, tukang bangunan, dan lain-lain.
"Selain untuk haji juga membiayai anak sekolah. Walaupun saya tidak lulus SD. Anak saya harus bisa lulus kuliah," kisahnya.
Mbah Tono menjelaskan bahwa ketika tabungannya di rumah cukup, dia membuka rekening haji.
Pria yang mempunyai empat orang cucu ini membuka rekening haji di tahun 2011.
"Ketika membuka rekening haji itu saya tidak berhenti. Saya terus kerja apapun. Termasuk tetap mulung kesana kemari," tambah Mbah Tono.
Hingga, kata dia, tahun 2024 ini terpanggil untuk bisa menunaikan ibadah haji.
"Maturnuwun Gusti Pangeran (Terima kasih Allah SWT)," pungkas Mbah Tono.