Menurutnya, banjirnya orderan tusuk sate ini karena banyak orang membutuhkan barang tersebut, untuk persiapan ketika moment penyembelihan hewan kurban.
"Sehingga para ritel pun turut memanfaatkan momen tersebut dan memesan ke saya. Kemudian mereka jual kembali ke pelanggan tokonya," tutur Guntur.
Selain itu, Guntur mengaku juga memasarkan tusuk sate melalui platform digital berupa Shopee. Sehingga konsumen dari luar kawasan Besuki Raya juga memesan dengan jumlah lebih besar.
"Ternyata ketika saya jual di marketplace, konsumen itu beli itu bukan satuan. Tetapi grosiran dengan ukuran satu karung. Dimana satu karung berisi 200 bungkus, dan satu bungkus berisi 125 biji tusuk sete," ucapnya.
Berkat pengunaan pemasaran digital, Guntur mengungkapkan konsumen dari luar daerah yang memesan tusuk satenya , rata-rata mereka dari swalayan besar.
"Untuk wilayah Jawa Timur kemarin, ada dari Surabaya, dan daerah Mataraman seperti Ngawi. Kemudian daerah Jawa Tengah itu ada Sleman, Magelang dan Jakarta Pusat. Setelah saya cek di marketplace, mereka buka perorangan tetapi swalayan yang beli," ulasnya.
Guntur mengaku tetap membandrol harga Rp 2.500 untuk satu bungkus tusuk sate yang dijual secara online maupun offline. Meskipun jelang hari raya keagamaan umat Muslim ini banjir pesanan.
"Kami tidak menaikan harga, meskipun sekarang pesanan sedang naik drastis. Sementara untuk harga kiloannya, kami perkilonya Rp 15.000, dimana satu kilo isinya kisaran 800 biji," katanya.
Dampak banjirnya orderan ini, Guntur mengaku kekurangan bahan baku bambu. Sebab menjelang Idul Adha ini, berapapun yang dijual pasti dibeli oleh konsumen.
"Seberapa banyak produksinya, pasti habis untuk saat ini. Sementara bahan baku yang kami gunakan adalah jenis Bambu Lampar, karena daging bambunya tebal dan teksturnya lebih kuat ketimbang jenis bambu yang lain," ulasnya.
Dia mengaku sejauh ini, hanya mengambil bambu di kawasan Kabupaten Jember dan Lumajang. Katanya, yang siap untuk dipanen secara bergiliran.
"Kami telah memesan bambu milik beberapa masyarakat. Jadi kami memesannya satu persatu, agar ada jeda dari satu titik ke titik lain. Sehingga ketika sudah di titik akhir, saat kembali ke titik awal bambunya sudah besar lagi," ucapnya.
Sejak membuka Industri Rumahan tusuk sate sejak 2017. Dia mengaku telah memperkerjakan sembilan orang yang jadi pekerja borongan, mereka merupakan tetangga sekitar.
"Sembilan orang ini kerjanya di rumah masing-masing. Agar mereka bisa mengurus internal rumah tangga sambil mengerjakan tusukan sate," urai Guntur lagi