Soeharto pun mengiyakan.
Namun, ia tak yakin Hartinah dan keluarganya mau menerima dia.
"Tetapi bagaimana bisa? Apa dia akan mau? Apa orang tuanya memberikan? Mereka orang ningrat. Ayahnya, Wedana, pegawai Mangkunegaran," jawab Soeharto ragu-ragu.
Keraguan itu langsung ditepis Prawiro.
Ia mengatakan mengenal keluarga Hartinah dan akan menjodohkan Soeharto dengan putri dari RM Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmati Hatmohoedojo itu.
Meski sudah mengenal Hartinah sejak SMP, keraguan Soeharto masih juga belum sirna.
Soeharto takut lamarannya ditolak.
Sebab, dirinya hanya masyarakat biasa, sementara Hartini berasal dari keluarga bangsawan.
Kala itulah, Soeharto yang biasanya dikenal berwibawa, merasa gamang dan minder.
Namun, semua keraguan Soeharto akhirnya sirna.
Rupanya, orang tua Hartinah tak memandang latar belakang Soeharto dan langsung menyetujui lamaran perwira muda itu.
Bahkan, dari banyak lamaran yang diajukan pada Hartinah, hanya Soeharto yang berhasil memikat hati perempuan kelahiran Surakarta, 23 Agustus 1923 itu.
Pernikahan pun dilangsungkan pada 26 Desember 1947 di Solo.
Pernikahan itu disaksikan keluarga dan teman-teman Hartinah.
Cukup banyak jumlah tamu dari keluarga Soemoharjono yang datang.