Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Warga menutup Jembatan Gantung Kedungsoko, Tulungagung, karena ada lantai jembatan yang jebol, tepat di atas aliran Sungai Ngrowo di bawahnya, Sabtu (6/7/2024).
Akibatnya, banyak pemotor yang akan melintas kecele, dan harus mencari jalan alternatif lain.
Jembatan Gantung Kedungsoko menghubungkan wilayah Dusun Kalituri, Desa Waung, Kecamatan Boyolangu di timur sungai, dan Kelurahan Kedungsoko, Tulungagung di barat sungai.
Warga memasang dahan pohon di mulut jembatan, agar tidak ada yang melintas.
Selain itu, pada lantai yang berlubang juga diberi tanda ranting pohon.
Menurut salah satu warga dengan panggilan Gondes, kerusakan jembatan ini sudah membuat pemotor yang melintas terjatuh.
Kejadian pertama pada Rabu (3/7/2024), pemotor yang mengendarai Honda Scoopy terperosok.
“Waktu itu sudah ada yang jatuh, tapi masih difungsikan. Masih bisa dilewati, asal tidak kena lubang,” sambungnya.
Namun kecelakaan kembali terjadi pada Jumat (5/7/2024) malam.
Baca juga: Jadi Akses Penting, Jembatan Gantung Kendalbulur Tulungagung Compang-camping, Status Tak Jelas
Kali ini korbannya seorang pemotor perempuan asal Trenggalek.
Roda depan pemotor ini terperosok ke lubang hingga terjatuh di atas jembatan.
“Setelah ada cewek dari Trenggalek yang jatuh, langsung ditutup sama warga. Takutnya akan ada korban lagi,” ucapnya.
Jembatan Gantung Kedungsoko adalah jembatan lama, usianya sekitar 24 tahun. Jembatan ini statusnya tidak jelas, karena dulunya dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum yang sekarang jadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Namun Pemkab Tulungagung, dalam hal ini Dinas PUPR mengaku belum pernah menerima pelimpahan jembatan gantung ini.
Karena tidak tercatat sebagai aset Pemkab Tulungagung, maka pemkab tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk perbaikan.
Setiap kali jembatan ini rusak, proses perbaikan dilakukan swadaya oleh masyarakat.
Lantai jembatan yang menggunakan pelat baja menjadikan biaya perbaikan cukup besar.
“Nanti paling juga warga yang akan memperbaiki,” katanya.
Dinas PUPR sebenarnya sudah membangun jembatan gantung baru di selatan jembatan lama, berjarak sekitar 300 meter.
Lokasinya ada di samping Hutan Kota, masuk wilayah Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung.
Namun karena posisinya kurang strategis dan lebih jauh, jembatan lama masih menjadi favorit pemotor yang melintas.
“Kalau jembatan yang baru keluarnya di jalan kampung yang sempit. Kalau jembatan lama kan di jalan raya antar desa,” ujar Mohni, salah satu warga yang melintas di jembatan baru.
Menurutnya, jembatan lama lebih praktis untuk melintas menuju ke Kecamatan Gondang, atau ke Trenggalek.
Sementara jika lewat jembatan baru harus putar balik, atau melewati jalan yang lebih jauh.
Karena itu, Mohni berharap jembatan gantung lama tetap difungsikan seperti semula.