Laporan Wartawan TribunJatim.com, Melia Luthfi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Acara Mburo Ate Tedeh kembali digelar oleh Perkumpulan (Persadaan) Ginting Ras Anak Beruna Rikut Anak Beru Minteri Jawa Timur.
Agenda ini diselenggarakan sebagai bentuk mempererat rasa persaudaraan di antara komunitas Karo yang berada di Jawa Timur.
Mejuah juah, sapaan khas dari masyarakat Karo ini kembali terdengar, dalam acara Mburo Ate Tedeh yang diadakan di Gedung Balai Teknologi Sanitasi Surabaya.
"Kemarin kami menggelar acara penting. Acara ini bertujuan untuk melestarikan budaya Karo dan mempererat hubungan kekeluargaan di antara anggotanya," kata Ketua komunitas, Riswanda Ginting, Selasa (23/7/2024).
Riswanda mengatakan, dalam acara ini, berbagai kegiatan seni dan budaya Karo dipersembahkan.
Mulai dari landek-landek (menari bersama), rende (bernyanyi), dan berbagai kegiatan sosial lainnya yang menumbuhkan semangat kiniersadaan (kebersamaan).
Sebagai bagian dari acara, lanjutnya, panitia juga memberikan tali asih kepada anggota yang sedang berduka atau sakit, serta memberikan doorprize berupa sembako dan uang tunai.
Selain itu, beasiswa juga diberikan kepada keluarga yang memiliki anak yang masih bersekolah, sebagai bentuk dukungan terhadap pendidikan generasi muda Karo.
Suku Karo memiliki sejarah panjang dan kaya, dengan tradisi dan adat istiadat yang unik.
Baca juga: Adat Ngetung Batih Trenggalek Meriah, Pecahkan Rekor Muri Dimeriahkan 2.700 Penari Turonggo Yakso
Mereka dikenal dengan salam khas 'mejuah juah' dan memiliki rumah tradisional yang disebut Siwaluh Jabu, yang berarti rumah untuk delapan keluarga.
Masyarakat Karo memiliki sistem kemasyarakatan yang dikenal sebagai Merga Silima, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu.
Merga (marga) dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok utama, Ginting, Karo-karo, Perangin Angin, Sembiring, dan Tarigan, yang masing-masing memiliki sub-marga.
"Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan partisipasi seluruh anggota dan sponsor dalam acara ini. Mburo Ate Tedeh bukan hanya sekadar ajang temu kangen, tetapi juga menjadi momen penting untuk memperkuat identitas budaya kita dan menjaga kelestarian warisan leluhur," ungkapnya.
Ia berharap agenda ini terus bisa diselenggarakan, sebagai wujud untuk mempererat tali persaudaraan.
Selain itu, adanya acara seperti Mburo Ate Tedeh ini menurutnya juga memiliki dampak positif.
"Diharapkan kebudayaan Karo tetap terjaga kelestariannya di bumi Nusantara. Mari kita terus menjaga dan melestarikan kekayaan budaya kita untuk generasi yang akan datang," ujarnya.