Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Erwin Wicaksono
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Sebanyak 18 desa di 7 kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dilaporkan mengalami krisis air bersih, akibat musim kemarau, Senin (5/8/2024).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Patria Dwi Hastiadi mengatakan, kekeringan kali ini berdampak pada kebutuhan air bersih bagi sebanyak 20.520 jiwa atau 5.898 kepala keluarga.
"Kekeringan juga dilaporkan terjadi di wilayah pegunungan. Seperti halnya di Desa Pulo, di sana kekurangan air bersih karena air sumur warga habis, dampak dari banjir lahar Gunung Semeru beberapa waktu lalu," terang Patria ketika dikonfirmasi.
Patria menambahkan, 18 desa yang terdampak, di antaranya berada di Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Gucialit, Padang, Lumajang, hingga Tempeh.
Upaya terkini, BPBD Kabupaten Lumajang telah menyalurkan kendaraan truk berisi air bersih untuk disebar ke wilayah terdampak kekeringan.
Penyaluran bantuan air bersih mencakup 37 titik di Kecamatan Ranuyoso, 9 titik di Kecamatan Klakah, 11 titik di Kecamatan Kedungjajang, 108 titik di Kecamatan Gucialit, 11 titik di Kecamatan Padang, 16 titik di Kecamatan Lumajang, dan 21 titik di Kecamatan Tempeh.
Sebanyak 9 armada truk tangki air bersih dikerahkan untuk mempercepat distribusi air.
Setiap truk dapat mengangkut air dengan kapasitas 5.000 liter.
Baca juga: Sumur Kering Selama 3 Bulan, Warga Rela Jalan hingga 2 Kilometer Demi Dapat Air Bersih Buat Masak
Patria mengimbau kepada masyarakat untuk menghemat penggunaan air bersih.
Menurutnya, musim kemarau masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan.
"Sesuai prakiraan bulanan BMKG bahwa selama bulan Agustus, September dan Oktober 2024 prakiraan curah hujan di Jawa Timur termasuk di Kabupaten Lumajang adalah kriteria rendah hingga menengah," tutupnya.