Titi juga harus ikut sang majikan ke kantor.
Tentu ia sendiri juga harus bersiap-siap setelah beres mengurusi majikannya tersebut.
Orang hanya dapat menilai apa yang Titi Tilah kerjakan mudah dan gampang.
Bahkan, tak sedikit dari warganet yang mengkritik pekerjaan dari Titi Tilah ini terlalu kasar dan terburu-buru.
Padahal Titi Tilah mengaku, itu semua ia lakukan lantaran ia harus mampu mengejar waktu di pagi hari.
Agar sang majikan tidak terlambat sampai ke kantor.
"Jadi saya dari dulu itu memegang omongan dari bos saya.
Satu, harus tepat waktu, tidak boleh yang namanya terlambat," kata Titi Tilah.
"Kalau di Taiwan, itu tidak boleh yang namanya telat, kalau pengen dihargai sama seseorang.
Kita harus tepat waktu," sambungnya.
"Kalau dibilang saya terlalu kasar, terlalu cepat, ya emang, emang harus begitu," tegasnya.
Baca juga: Fera TKW Arab Pasrah Dibayar Rp 15,7 Juta Layani Anak Majikan, 11 Tahun Kerja Pagi dan Siang Saja
Titi Tilah aktif di kanal YouTube dan kerap membagikan kesehariannya melalui video-video yang ia unggah.
TKW ini sering dituding terlalu kasar dengan sang majikan.
Padahal, Titi Tilah melakukan itu semua lantaran ia harus mampu membagi waktu agar sang majikan tidak terlambat sampai ke kantor.
"Jadi saya tu menghargai waktu, seandaianya saya setengah delapan harus keluar dari rumah (berangkat bekerja), dua jam sebelum berangkat kerja tu harus menyiapkan bos dulu," jelas Titi Tilah.
"Memandikan, mengganti baju, memakai celana, pakai sepatu, bopong ke kursi roda.
Satu jam nggak cukup, paling tidak itu dua jam, itu persiapan buat bos sendiri," sambungnya.
"Terus saya? Saya juga harus siap-siap untuk berangkat kerja itu (ikut majikannya)," kata Titi Tilah.
Titi telah bekerja menjaga majikan yang ia panggil 'mas bos' itu selama 10 tahun.
Baca juga: Ketakutan TKW Layani Majikan Lansia Sudah Alami Kerusakan Otak, Sudah Ikhlas Tubuhnya Jadi Korban
Tentu kedekatan yang terjalin tak perlu diragukan lagi.
Bahkan Titi Tilah mengurus majikannya tersebut sudah seperti ia mengurus anaknya sendiri.
Namun ternyata pekerjaan Titi ini banyak mendapatkan hujatan pedas.
Lantaran ia mengurus majikan yang berjenis kelamin laki-laki, Titi Tilah sampai dituding mendapatkan gaji yang haram.
"Dan sekarang pun banyak komentar-komentar yang pedas.
Seperti 'bukan muhrim, haram menjaga seorang laki-laki, kasihan anaknya dikasih uang haram,' kayak gitu," tutur Titi Tilah.
"Terus kalau haramnya itu dari mana?
Saya di sini juga nggak menjual diri gitu," ucap Titi Tilah dengan suara yang sedikit bergetar.
"Saya bekerja dengan tenaga, saya harus membopong setiap hari, membantu orang lain yang berkebutuhan khusus, membutuhkan tenaga saya, dan saya digaji karena kerja keras saya," sambungnya.
Pilihan untuk menjadi seorang TKI bukanlah pilihan yang mudah.
Semua dilakukan Titi Tilah untuk mengangkat derajat kedua anaknya yang ada di kampung halaman, Indonesia.
"Saya memang orangnya kayak gini, minim pendidikan.
Dibilang 'pendidikan cuma SMP, bisanya apa sih, paling cuma jadi pembantu saja', ya nggak apa-apa, emang itu kemauan saya," kata Titi Tilah.
"Kepengen membahagiakan kedua anak saya, supaya anak saya lebih dihargai orang lain, ataupun bisa seperti orang lain," ujarnya.
"Jadi semampu saya menjunjung anak saya supaya bisa setara dengan orang lain.
Meskipun mamanya hanya seorang pembantu, TKW," kata Titi Tilah.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com