Kisah Wilhelmus 14 Tahun Sembunyi di Hutan Hindari Penjajah, Kuak Beda Perlakuan Belanda dan Jepang

Editor: Torik Aqua
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wilhelmus Walo (94) kisahkan dirinya kabur dari penjajah, 14 tahun sembunyi di hutan

Semua perlengkapan dan peralatan dapur dibawa serta.

Jika pasokan makanan mulai berkurang, ayah Wilhelmus kembali ke kampung secara diam-diam.

Ia pun tidak diizinkan keluar dari lokasi persembunyian sampai mereka pulang.

"Kalau Bapak dan Mama ke kampung saya selalu cemas karena kalau ketahuan oleh orang Belanda mereka akan disiksa bahkan dibunuh," kenangnya.

Kakek Wilhelmus menuturkan, selama di lokasi persembunyian mereka sangat menderita.

Tidak hanya kesulitan makanan, tetapi pakaian.

Mereka hanya bisa mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu.

Selepas Belanda pergi, giliran orang Jepang datang.

Warga diperlakukan lebih sadis.

Mereka dipekerjakan secara paksa dan disiksa.

"Kita harus hormat mereka dan tidak boleh melawan. Ada juga saat itu yang dibunuh karena melawan," ucap dia.

Beberapa tahun kemudian, mereka mendapat kabar bahwa Jepang sudah kalah dan Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

"Setelah proklamasi itu baru saya dan orangtua bisa keluar dari hutan. Saya berada di hutan lebih kurang 14 tahun bersembunyi," kenangnya.

Pupuk nasionalisme sejak dini

Kepala TKK Sang Timur Magepanda, Suster Victorine, PIJ mengatakan, sejarah bangsa Indonesia perlu diajarkan kepada anak-anak sejak dini.

Halaman
123

Berita Terkini