Berita Nasional

Minta Pemerintah Fokus Program Urgen, ini Usulan Ketua Banggar DPR Soal Kebijakan Fiskal 2025

Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah

Dalam rentang 2015-2023 impor minyak mentah mencapai 69,3 miliar USD, sementara ekspor hanya 30,1 miliar USD, sehingga ada defisit 39,2 miliar USD.

Demikian juga dengan nilai impor hasil minyak mencapai 165,2 miliar USD, sedangkan nilai ekspor hanya 17,9 miliar USD yang berakibat defisit sangat dalam 147,3 miliar USD. 

Sejak konversi program minyak tanah ke LPG, kebutuhan impor LPG Indonesia terus meningkat. Dalam rentang 2015-2023, kebutuhan impor LPG Indonesia mencapai 51,4 juta ton, dilain pihak setiap tahun Indonesia bisa ekspor gas alam dengan nilai yang cukup fantastis.

Periode 2015-2023 nilai ekspor gas alam Indonesia mencapai 70,2 miliar USD. 

"Dalam jangka pendek, transformasi energi kita yang bersandar ke minyak bumi termasuk LPG harus di geser ke listrik, sebab kita memiliki produksi listrik yang besar, dan di topang oleh suplai batubara yang memadai. Namun kebijakan energi tidak boleh terhenti di listrik, sebab transformasi pembangkit listrik PLN tidak boleh hanya bertumpu pada PLTU. 

Oleh sebab itu, bauran kebijakan energi baru dan terbarukan kedepan harus lebih progresif. Pada tahun 2015 bauran energi terbarukan masih 4,9 persen, di tahun 2022 bauran energi terbarukan mencapai 12,3 persen, meskipun tumbuh baik, namun butuh lompatan yang lebih besar, karena itu dibutuhkan kebijakan afirmasi. Idealnya proporsi bauran energi baru dan terbarukan lima tahun kedepan minimal mencapai 30 persen," paparnya.

3.      Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Tenaga kerja di Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta, ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja negera terserap di sektor informal.

Dengan demikian, Indonesia belum mendapatkan manfaat maksimal dari bonus demografi.

"Index Pembangunan manusia kita masih peringkat 6 ASEAN, dibawah Singapura, Brunai, Malaysia, Thaiand dan Vietnam. Balita, sebagai generasi masa depan kita masih mengalami prevalensi stunting sebanyak 21 persen. Afirmasi untuk memperbaiki kualitas SDM sebagai daya saing utama harusnya jadi perhatian utama kedepan. Setidaknya kedepan index pembangunan manusia kita bisa melampaui Vietnam,Thailand, dan Malaysia," ujarnya.

4.      Infrastruktur

Dia menjelaskan, kebijakan fiskal harus mendorong penguatan program infrastruktur, terutama infrastruktur yang menopang ketiga program diatas.

"Dengan demikian belanja infrastruktur bisa lebih fokus, apalagi kita tidak memiliki ruang fiskal yang longgar karena tergerus berbagai kewajiban mandatori, subsidi, dan kewajiban pembayaran bunga dan pokok utang," tegasnya.

Berita Terkini