Waktu pencarian pun terasa makin menyempit karena penyakit yang diderita Li.
Li menceraikan suaminya setelah diagnosis kanker karena khawatir ia akan menjadi beban tambahan baginya.
Sang suami sudah merawat ayahnya yang lumpuh dan ibunya yang memiliki masalah pendengaran.
Namun sang suami tetap merawat Li dan membiayai sekolah khusus putri mereka yang biayanya Rp5,4 juta per bulan.
Suami Li bekerja di supermarket dan dapat gaji Rp8,6 juta per bulan.
Setelah Li meninggal, sang suami mengatakan dia akan terus mencari putra mereka untuk memenuhi keinginan terakhir sang istri.
Semoga Li bisa beristirahat dengan tenang dan anak mereka bisa segera ditemukan!
Baca juga: Senyum Johar Wisudawan UGM Full Beasiswa, Ayah Ibu Petani Bangga Kantor Anak Kini Bergengsi
Sementara di Indonesia, seorang nenek 80 tahun bernama Mbah Anik jadi pemulung sambil cari anaknya yang hilang 20 tahun.
Nenek yang tinggal di Cibatok, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini setiap hari keluar rumah untuk mencari barang rongsokan untuk bisa dijual ke pengepul.
Biasanya, nenek Anik memulung di sekitaran wilayah Dramaga dan Kampus IPB, padahal rumahnya berada cukup jauh di Ciampea.
Nenek Anik berjalan kaki berkilo kilo demi bisa mencari rongsokan.
Dari memulung, pendapatan nenek Anik tidak seberapa, ia hanya bisa mendapatkan uang Rp 5000 hingga Rp 20.000 saja.
Penghasilannya dari memulung itu pun hanya bisa ia gunakan untuk makan sehari-hari saja.
Tidak ada cara lain bagi nenek Anik di usianya yang sudah lansia sehingga memilih mencari nafkah denagn menjadi pemulung.
Namun, di balik profesinya menjadi pemulung tersebut ternyata nenek Anik menyimpan kisah pilu.
Baca juga: Lihat Foto Mendiang Ibu Diedit Pelukan dengan Dirinya, Nikita Mirzani Nangis Kangen, Curhat Capek