Pasalnya buku dijual langsung oleh penerbit.
“Sekali lagi sekolah tidak menjual buku, kami sudah komitmen dengan orangtua, itu pun kalau seandainya kalau memerlukan untuk literatur silakan.
Tetapi di luar kapasitas, itu kerja sama antara penerbit dengan orangtua dan bayarnya juga tidak cash, tetapi dicicil. Kami hanya memfasilitasi saja,” terangnya.
Andri menambahkan, pihak sekolah sudah mewanti-wanti orangtua siswa agar tidak berpikir sekolah menjual buku.
“Dari awal juga dengan orangtua siswa, kamis sudah mewanti-wanti, jangan sampai mengira pihak sekolah menjual, tetapi kalau tidak ada buku tersebut tidak ada buku panduan, jadi anak-anak tidak bisa belajar.
Kalau ada orang yang tidak mampu tidak diwajibkan,” pungkasnya.
Baca juga: Klarifikasi Kepsek soal Siswa Tewas usai Dihukum Guru Squat Jump 100 Kali, Ngaku Kecolongan: Nasib
Sementara itu, aksi penganiayaan guru ke muridnya sendiri belakangan menjadi sorotan di dunia pendidikan.
Kini viral di media sosial guru protes ke orangtua murid yang anaknya tidak mau ditegur.
Aksi guru ini menjadi perbincangan warganet.
Ini bermula dari munculnya foto seorang guru membentangkan banner berisikan 'Tak Mau Ditegur Guru di Sekolah, Didik Sendiri'.
Satu di antara akun yang memposting ulang foto tersebut adalah akun Twitter @AraituLaki.
Aksi protes tersebut imbas dari beberapa kasus yang disinyalir penganiayaan guru pada murid.
Protes guru ini disampaikan dengan membentangkan sebuah spanduk yang bertuliskan imbauan kepada orangtua murid.
“orangtua yang anaknya tidak mau ditegur gurunya di sekolah, silahkan didik sendiri, bikin sekolah, rapor dan ijazah sendiri,” tulisnya dikutip pada Minggu (29/9/2024), via Tribun Bengkulu.
Akun twitter @AraituLaki juga memberikan dukungan pada sosok guru tersebut.