TRIBUNJATIM.COM - 40 siswi salah satu SMA Negeri di Pekalongan, Jawa Tengah, diduga jadi korban pelecehan guru Bimbingan Konseling atau BK.
Diduga guru BK tersebut melecehkan dan memberikan ancaman kepada puluhan siswi SMA Negeri.
Modusnya para siswi ditanyai hal intim sambil dikunci di dalam kantor selama satu jam.
Baca juga: Nasib Santri Digunduli Istri Pimpinan Ponpes, Teriak Kepanasan Disiram Air Cabai, Pelaku Ditangkap
Diketahui, kasus ini terungkap dari NS, salah satu korban yang menyebut jika dia sudah tiga kali menjadi korban pelecehan oleh guru BK tersebut.
Modusnya, oknum guru tersebut memanggil para siswi secara bergiliran ke ruang BK.
Untuk alasannya adalah wawancara terkait kesehatan sekolah dan pencegahan kenakalan remaja.
Tetapi pertanyaan yang diajukan sering kali menyimpang dari tujuan tersebut.
"Pertanyaannya sangat pribadi, seperti mengetahui siswi tersebut sudah pernah ciuman, tanya warna celana dalam, dan bra ukuran berapa," ungkapnya.
"Bahkan ada teman saya yang disuruh buka baju. Jika tidak buka baju, guru tersebut tidak tahu ada bekas apa saja di dalamnya," kata NS, Selasa (1/10/2024).
Selain itu, sejumlah siswi juga mengaku pernah diancam oleh guru tersebut untuk tidak melaporkan kejadian tersebut.
Guru mengancam informasi pribadi mereka akan disebarluaskan ke guru-guru yang lain.
"Kejadiannya itu saat saya duduk kelas 11, dan sekarang sudah kelas 12. Saya sendiri sudah tiga kali dipanggil, namun yang kedua saya tidak menemuinya," ucapnya.
NS mengungkapkan, siswi yang sudah dipanggil oleh guru tersebut sekitar 30 anak dan semuanya adalah perempuan.
"Kalau anak yang sudah dipanggil ada sekitar 30 sampai 40-an anak," ungkapnya.
Hal yang sama dikatakan oleh NR, ia sudah 5 kali dipanggil oleh guru tersebut.
Modusnya sama, yaitu terkait kesehatan sekolah, pencegahan kenakalan remaja, dan seks bebas.
"Kalau manggil anak-anak ke ruangan itu, dalam keadaan kantor BK sepi. Ditanyain terkait kenakalan remaja, dan ketika ditanyai hanya saya dan guru tersebut. Lalu, pintu kantor dikunci."
"Di ruangan tersebut sekitar satu jam, ditanyain pernah ciuman, ukuran bra, nonton video porno, pernah melakukan masturbasi sendirian, intinya guru tersebut menanyai pribadinya," ucapnya, melansir Tribun Banyumas.
Jika tidak menurutinya, mengancam akan menyebarkan informasi tersebut ke guru-guru yang lain.
"Saya takut dan hanya menangis, dan ucapan tersebut ke dirinya sudah dilakukan sejak saya kelas 10 hingga kelas 11," katanya.
NR menceritakan, kalau semua korban tadi dipanggil oleh kepala sekolah di ruangannya dan guru tersebut dihadirkan.
Semua korban mengatakan sudah pernah semua mengalami kejadian tersebut.
Akan tetapi NR menyayangkan, guru tersebut hanya dikenai SP 1 oleh pihak sekolah.
"Di hadapan kepsek, guru tersebut mengakuinya, dan yang kami sayangkan guru tersebut hanya dikenai SP 1, tidak dikeluarkan dari sekolah. Jadi para korban seolah-olah merasakan tidak dibela oleh sekolah," imbuhnya.
"Bahkan postingan di WhatsApp yang diposting para temen-temen di sekolah yang foto 'Stop Sexual Harrasment' disuruh dihapus oleh kepsek dan guru tersebut.
"Jadi, semua teman-teman yang memposting tersebut disuruh menghapus," tambahnya.
Baca juga: Bermodal Air Minum dan Asap, Guru Ngaji Rudapaksa 8 Muridnya, Korban Tak Sadar Sudah Tanpa Busana
Paman salah satu korban diduga pelecehan seksual, Suhel (27) mengatakan bahwa ia pertama kali mendengar adanya dugaan pelecehan verbal dari beberapa siswi.
Namun ketika mengetahui bahwa keponakannya juga menjadi korban, ia merasa tidak bisa tinggal diam.
"Saya secara keluarga tidak terima jika keponakan saya dilecehkan verbal seperti itu," katanya.
Suhel menegaskan, bahwa seminggu sebelumnya, ia telah mengkonfirmasi dan melaporkan kasus ini kepada kepala sekolah.
"Sudah seminggu sejak laporan pertama kali disampaikan, namun sekolah belum bertindak apa-apa," ucapnya.
Menurut laporan yang disampaikan, guru BK tersebut diduga melakukan pelecehan melalui sesi wawancara di ruang BK dengan pertanyaan-pertanyaan yang melecehkan.
"Tidak hanya itu, beberapa siswi mengaku bahwa mereka juga mendapatkan pesan bernada pelecehan melalui aplikasi pesan dari guru tersebut."
"Saya juga kecewa, saat pertemuan tadi kepsek hanya memberikan Surat Peringatan (SP) 1 oleh guru tersebut, dan itu pun baru diberikan hari ini," ujarnya.
Suhel mengungkapkan, dari pertemuan tadi, kepsek mengaku jika kasus ini nantinya keluar ke media, nama baik sekolah bisa jelek.
Ia juga siap mendampingi dan akan membawa pengacara untuk mengawal kasus yang menimpa keponakannya.
"SP 1 menurut saya kurang, kalau mau bilang, nanti nama baik sekolah jelek jika kasus ini keluar."
"Apabila guru tersebut masih berada di SMAN 3, nama sekolahnya akan jelek," ungkapnya.
Sementara itu, Kepsek SMAN 3 Kota Pekalongan, Yulianto Nurul Furqon mengatakan, pihak sekolah telah memanggil guru BK yang bersangkutan dan memberikan surat peringatan 1 (SP 1).
Tidak hanya itu, pihaknya juga membenarkan adanya kejadian tersebut.
"Memang guru tersebut menanyai pertanyaan ke siswi, memang menjurus ke sana."
Lalu, tujuan pemanggilan para siswi tadi hanya untuk menciptakan kenyamanan di lingkungan sekolah, guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan."
"Namun jika ada keluhan dari siswi, kami akan menindaklanjutinya lebih serius," kata Yulianto.
Yulianto juga menyebut bahwa dirinya baru menjabat sebagai kepala sekolah selama satu tahun dan tidak mengetahui kejadian-kejadian sebelumnya.
"Saya tidak tahu, kalau kasus ini sudah bertahun-tahun, karena baru menjabat kepsek satu tahun yang lalu," imbuhnya.
Saat disinggung terkait apakah pihak sekolah meminta seluruh para siswa yang memposting foto 'Stop Sexual Harrasment' di akun medsos anak untuk dihapus, Yulianto membenarkan.
"Saya sudah sampaikan ke anak-anak, sebelum up ke medsos, bisa selesaikan secara internal."
"Dan baik-baik antara orang tua, dan sekolah," tambahnya.