TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini sosok pengasuh panti rela gadaikan sertifikat.
Kisah inspiratif pengasuh panti di Semarang menggadaikan sertifikat agar anak asuhnya tetap sekolah.
Pengasuh panti tersebut diketahui bernama Wahid.
Wahid tidak ragu untuk menggadaikan sertifikat berharga miliknya untuk memberikan pendidikan terbaik.
Simak cerita Wahid selengkapnya di artikel ini.
Di balik kesederhanaan sebuah mushala kecil di Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah, tersembunyi harapan bagi anak-anak yang hampir putus asa.
Tempat ini menjadi titik awal bagi Toha Hasan untuk mendirikan Panti Asuhan Iskandariyah pada tahun 1992.
Keberadaan panti asuhan ini bukanlah hasil dari rencana besar, melainkan lahir dari kepedulian terhadap anak-anak yatim dan prasejahtera di sekitarnya.
Setelah wafatnya Toha Hasan, perjuangan ini dilanjutkan oleh Abdurrahman Wahid, anaknya.
Baca juga: Tangis Habibi Bocah 9 Tahun Ingin Belikan Orangtuanya Mobil Sebagai Balasan Dikirim ke Panti Asuhan
Saat ini, Panti Asuhan Iskandariyah telah memiliki dua asrama yang disediakan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak asuh, baik putra maupun putri.
Namun, perjalanan yang dilalui tidaklah mudah.
Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari kondisi jalan yang buruk hingga ekonomi warga yang minim.
Keterbatasan ruang dan biaya pendidikan anak asuh juga menjadi hambatan yang besar.
Dalam upayanya untuk memberikan pendidikan terbaik, Wahid tidak ragu untuk menggadaikan sertifikat berharga miliknya.
“Pernah juga saya gadaikan sertifikat. Karena saya tidak ingin pendidikan mereka putus,” ungkap Wahid saat ditemui di tempat tinggalnya.