"Saya memberi kesempatan berharap S berubah. Kenyataannya, tidak. Dia justru menjadi-jadi dengan menghajar MN. MN bercerita kepada saya, kalau dia pernah dipukul menggunakan sandal oleh S. Saya tak terima dan sudah melaporkannya ke kepolisian," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kemlokolegi, Januar Arif Gunawan tak menampik bila S sempat diduga menelantarkan MN.
Masalah tersebut menciptakan perseteruan antara S dengan Marmi.
Marmi marah karena Marmi sangat menyayangi MN.
Baca juga: VIRAL TERPOPULER: Sosok Bidan Safrani Buat Warga Rela Menggotongnya - Alasan Guru SMA Pukuli Siswa
"Permasalahan dugaan penelantaran itu bisa kami mediasi. Tapi baru-baru ini muncul lagi dugaan kekerasan anak. Bu Marmi sudah laporan ke polisi terkait dugaan kekerasan anak," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Seorang bidan, S, warga Desa Kemlokolegi, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, diduga telah menganiaya anak angkatnya sendiri, MN (7).
Akibat perbuatan itu, MN sampai menderita luka lebam di wajah.
Kejadian ini pun memantik kegeraman, Marmi, yang tak lain pengasuh MN. Marmi lantas melaporkan S ke polisi.
Baca juga: Update 7 Siswa SD di Nganjuk Keracunan, Ternyata Uji Coba Makan Siang Gratis Dihelat Relawan Gemparr
Awalnya dugaan kasus kekerasaan ini terendus tatkala ada seorang warga melihat MN sedang menangis terisak di halaman rumah S.
Selain itu, kondisi MN juga memilukan. Rambut acak-acakan, luka lebam di wajah tepatnya pipi, dan pelipis.
Warga tersebut prihatin, kemudian memutuskan menolong MN dan membawanya ke rumah Marmi.
Di sisi lain, Marmi mengasuh MN sejak bayi hingga berusia 4 tahun.
Dia dipasrahi mengasuh MN dengan upah bulanan, karena S sibuk bekerja sebagai bidan.
Marmi mengasuh mulai pagi sampai sore.