Berita Viral

Roni Sekeluarga Tidur di Kamar Hanya Beralas Pasir Selama 20 Tahun, Atapnya Berkarat: Sudah Terbiasa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Roni Mayor (39), nelayan di Papua Barat Daya. Ia beserta keluarganya tidur di kamar hanya beralas pasir.

TRIBUNJATIM.COM - Nasib pilu dialami Roni Mayor (39), nelayan di Papua Barat Daya.

Ia beserta keluarganya tidur di kamar hanya beralas pasir.

Mirisnya hal itu dialami selama 20 tahun.

Dinding rumahnya pun memprihatinkan.

Atapnya juga sudah berkarat dan berlubang di sejumlah tempat.

Diakui Roni, kondisi itu menurutnya ia sudah terbiasa.

Baca juga: Sudah Lunasi Rp 990 Juta, Gunawan Gigit Jari Tak Kunjung Tempati Rumah Mewah, Pembangunan Mangkrak

Roni sendiri tinggal di Kelurahan Suprau, Distrik Maladumes, Kota Sorong, Papua Barat Daya.

Rony Mayor (39) tinggal bersama istri dan keempat anaknya di sebuah rumah tak layak huni.

Kondisi rumah berdinding kayu itu sungguh memprihatinkan.

Ruang makan dan kamar tidur hanya beralaskan pasir.

Sementara atapnya sudah berkarat dan berlubang di sejumlah tempat.

Lalu, bagian dinding depan dan pintu rumah pun terlihat rusak, dengan beberapa papan kayu yang terlepas.

Rony mengaku telah menempati rumah tersebut selama 20 tahun, sejak saat anak pertamanya lahir, hingga hari ini.

"Rumah ini saya bangun sendiri tanpa ada bantuan dari mana pun. Kondisi yang saya alami ini sudah terbiasa," ujar Rony, dikutip dari Kompas.com.

Rony dan istri saat berada di dalam kamar tidur yang hanya beralaskan pasir. (KOMPAS.com/MAICHEL)

Meskipun ia pernah mengajukan proposal bantuan pembangunan rumah layak huni kepada Pemerintah Kota Sorong, namun hingga kini permohonan itu belum mendapat tanggapan.

Rony berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari dengan bekerja sebagai nelayan.

Ia bekerja untuk membiayai pendidikan keempat anaknya yang bersekolah di SD, SMP, dan bahkan di bangku kuliah.

Namun, situasi ekonomi yang sulit sering kali membuatnya merasa tertekan.

Kabar baik datang ketika Rony mendapatkan informasi dari pihak TNI Angkatan Laut bahwa rumahnya akan direnovasi.

"Saya sangat senang dan bersyukur," ungkap Rony yang mengaku merasakan ada harapan baru bagi keluarganya.

Ketua RT01 RW02 Kelurahan Suprau, Oktovianus Mailolo menjelaskan, di wilayah tersebut terdapat 40 kepala keluarga, di mana 30 di antaranya termasuk dalam kategori tidak mampu.

"Kami sudah pernah mengusulkan ke kelurahan untuk membantu renovasi rumah tak layak huni milik warga atas nama Rony Mayor," ucap Oktovianus, Selasa (8/10/2024) kemarin.

Baca juga: Ibu Tega Kurung Bayi 4 Bulan di Rumah hingga Tewas Kelaparan, Dulu Pernah Dapat Bantuan Rp 7,3 Juta

Lalu, TNI Angkatan Laut, melalui Koarmada III dan Lantamal XIV Sorong, melaksanakan tugas Operasional Teritorial (Satgas Ospter) di wilayah Pesisir Mantra Laut, termasuk proyek renovasi rumah Rony.

Komandan Lantamal XIV Sorong, Laksamana Pertama TNI Deny Prasetyo menegaskan, Satgas Ospter terdiri dari 60 personel yang bertugas dalam pembangunan fisik serta kegiatan penyuluhan.

"Dari daerah Suprau, kita ketahui ada beberapa masyarakat yang perlu kita dorong perbaikan tingkat ekonominya, terutama rumah tidak layak huni yang akan kita bangun agar taraf kehidupannya lebih sejahtera," kata Deny.

Selain merenovasi rumah Rony, Satgas Ospter juga berencana merenovasi rumah ibadah, baik masjid maupun gereja, sehingga masyarakat dapat beribadah dengan nyaman.

"Kami targetkan pekerjaan selama dua bulan, mulai dari Oktober hingga November, semoga bisa selesai tepat waktu," ungkap dia.

Dia berharap, kegiatan Ospter dapat membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Di sisi lain, kata dia, dapat mempererat hubungan antara TNI dan rakyat, demi membangun wilayah Papua menjadi lebih baik.  

Baca juga: Anggota DPR Ngeluh Rumah Dinas Banyak Tikus & Rayap, Atap Bocor hingga Sering Banjir, Sekjen: Sulit

Sementara itu, tinggal di sebuah rumah yang sudah ambruk, pasangan lansia alami nasib miris.

Umar dan istrinya tinggal di Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Setiap hari mereka bertaruh nyawa karena tembok atau atap rumah bisa roboh.

Rumah Pak Umar berlokasi di kawasan Rancamaya, Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Atap di sejumlah ruangan, termasuk kamar, sudah ambruk.

Dindingnya pun dipenuhi lumut.

Bahkan rumah yang ditinggali Umar tersebut sudah ditumbuhi tanaman liar.

Malahan setengah dari bangunannya sudah tak memiliki atap lagi.

Pasangan lansia Umar tinggal di rumah ambruk (Instagram/rayendranews.bogor)

Setiap hari, Pak Umar dan istrinya harus waspada jika ada bambu dan kayu yang tiba-tiba jatuh dari atap, belum lagi ancaman tembok roboh sewaktu-waktu.

Jika hujan turun, Pak Umar dan istrinya terpaksa berlindung di dapur.

"Kalau saya di dapur tinggalnya," ucap istri Umar.

Umar pun menunjukan kamar di rumahnya sudah tak bisa lagi ditempati.

Pasalnya tembok dan atapnya sudah ambruk.

"Saya mau naik takutnya ambruk lagi," ungkapnya.

Umar yang sudah cukup tua itu pun merasa bingung untuk memperbaiki kondisi rumahnya.

"Ini juga tuh, ambruk, kamar. Saya juga bingung gimana dananya," tutur Umar.

Baca juga: Tampang Emak-emak Tutup Jalan Rumah Warga Demi Parkir Mobil Anak, Pihak RT RW Sudah Tahu & Melarang

Informasi dari ketua RT setempat, sebenarnya sejumlah pihak dari Pemerintah Kota Bogor sudah pernah meninjau kondisi rumah milik Umar.

"Pak Lurah, Babinsa, Babinmas juga sempat datang," kata Umar.

Namun Pemkot Bogor disebut tak bisa menggelontorkan bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) untuk Pak Umar.

"Cuma terbentur dengan kepemilikan surat tanah," ujar Ketua RT.

Calon Wakil Wali Kota Bogor Eka Maulana mengaku miris dengan kondisi yang dialami Pak Umar.

"Miris, sangat miris di Kota Bogor masih ada kondisi rumah yang sangat tidak layak," kata Eka Maulana.

Eka Maulana mengaku heran atas penyebab Pak Umar tak bisa mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Bogor.

"Kita juga enggak tahu kenapa tidak masuk dalam kriteria untuk mendapatkan RTLH," kata Eka Maulana.

Ia berharap, ke depannya Pemerintah Kota Bogor harus lebih memperhatikan rakyat kecil. 

"Pemerintah Kota Bogor ke depan harus lebih peduli terhadap rakyat kecil, kasihan," kata Eka Maulana.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Berita Terkini