TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pasca pencabutan pembekuan, BEM FISIP Unair bertekad tetap serukan kebebasan berpendapat dan melanjutkan kajian politiknya terhadap pemerintahan.
Hal ini ditegaskan oleh Presiden BEM FISIP Unair Tuffahati Ullayyah usai pertemuan dengan dekanat.
Dikatakan Tuffa, BEM FISIP akan tetap kritis ke depannya tanpa keluar dari koridor akademik.
"Dan karangan bunga yang kemarin memang bentuk ekspresi dari teman-teman, bentuk ekspresi dari teman-teman Kementerian Politik dan Kajian Strategis dan itu memang di bawah BEM FISIP,"ungkapnya.
Tuffa juga mengungkapkan rasa terimakasih atas dukungan BEM Se-Unair dan juga BEM FISIP Se-Indonesia yang terus mengeluarkan solidaritas dan mendukung kebebasan berpendapat BEM FISIP Unair.
Baca juga: Isi Karangan Bunga BEM FISIP Unair Viral, Kini Tegaskan akan Tetap Kritis Seusai Pembekuan Dicabut
Kedepannya BEM FISIP bertekad untuk tetap kritis, tegak, dan tetap berani menyampaikan kritiknya pada pemerintah.
"Untuk pemilihan diksi dan lain-lain itu nanti urusan lain,"pungkasnya.
Pertemuan terbatas yang dilakukan dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) dan BEM FISIP Unair menghasilkan kesepakatan untuk tidak menggunakan diksi kasar dalam kritik politik.
Baca juga: Kelompok Alumni Universitas Airlangga Sambut Baik Putusan Pencabutan Pembekuan BEM FISIP Unair
Hal ini kemudian diteruskan dengan dicabutnya pembekuan kepengurusan BEM FISIP Unair.
Dekan FISIP Unair, Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi mengungkapkan sebetulnya yang dibekukan adalah Kepengurusan BEM FISIP Unair, bukan lembaganya.
Tiga orang yang secara fungsionalis bekukan sesuai dengan hasil pemeriksaan Komisi Etik, yaitu Presiden BEM FISIP Unair, Wakil ketua BEM FISIP, dan Menteri Kajian Politik dan Kajian Srategis.
"Tiga orang itu yang bukan dibekukan, diminta untuk tiarap dulu. Untuk tidak dulu mewakili bersuara, mewakili BEM sebagai sebuah lembaga.Tapi tadi Mbak Tufa juga sudah menjelaskan apa yang menjadi kesepakatan dan anggota BEM yang lain juga mengamini, itu sudah didiskusikan,"ujarnya usai melakukan pertemuan terbatas dengan pengurus BEM di kampus setempat, Senin (28/10/2024).
Baca juga: Susunan Kabinet Panca Aksara BEM FISIP Unair, Viral Karena Dibekukan Dekanat Imbas Karangan Bunga
Berdasarkan pertemuan tersebut, pihaknya dan BEM sudah sepakat tidak mengembangkan kultur yang terbiasa menggunakan diksi yang kasar di dalam kehidupan politik.
"Sepenuhnya karena diksi ya, jadi pihak Dekanat itu, kami ini kan sering menulis ya. Menulis yang mengkritik ketika ada penulis politisi yang menggunakan diksi yang kasar, yang menurut saya tidak mendidik bangsa Indonesia. Nah ketika anak kami melakukan hal yang sama, tentu menjadi tugas moral kami untuk mengingatkan supaya tidak ikut-ikutan larut dalam kegiatan politik yang menggunakan diksi-diksi yang tidak sopan, yang kasar,"tegas dosen Departemen Sosiologi FISIP Unair ini.
Ia pun paham jika BEM memiliki hak untuk menyuarakan apa yang menjadi aspirasi mereka. Namun, pihaknya memastikan kepada BEM untuk tidak lupa marwah akademiknya.
Baca juga: Akhir Polemik Karangan Bunga Jendral Bengis BEM FISIP Unair, Dekan Nasihati Soal Diksi: Kasar
"Saya kira Mbak Tufa dan kawan-kawan sudah dewasa ya, kami memberi kebebasan pada mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi sosial politiknya. Tentu harus bertanggung jawab, apa yang disampaikan tentu harus berdasar, apa yang disampaikan tentu bisa menjadi sesuatu yang bisa dipertanggung jawabkan dan itu sudah disepakati oleh Mbak Tufa dan teman-teman,"lanjutnya.
Bagong menekankan bahwa peristiwa pembekuan ini dilakukan saat akhir pekan, sehingga dialog lanjutan baru bisa dilakukan saat awal pekan depannya.
Baca juga: RESMI, Dekan Cabut Pembekuan BEM FISIP Unair, Sepakat Tak Pakai Diksi Kasar dalam Kritik Politik
"Seumpama tidak kemarin hari libur, mungkin tidak perlu ada surat ya, sudah bisa segera ketemu. Saya tidak mau dalam posisi sebagai pihak yang seolah-olah membiarkan pelanggaran etika akademik terjadi. Karena penggunaan hate speech itu, itu sesuatu yang tidak benar secara politik," tegasnya.
Pembekuan BEM FISIP Unair oleh Dekanat usai polemik karangan bunga yang ditujukan untuk Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akhirnya resmi dicabut, Senin (28/10/2024).
Pencabutann pembekuan BEM FISIP Unair oleh Dekanat tersebut dilakukan setelah kasus tersebut viral di media sosial, dalam beberapa hari terakhir.
DIketahui, karangan bunga yang berujung pembekuan BEM FISIP Unair itu berisi ucapan selamat untuk pelantikan Prabowo dan Gibran menjadi presiden dan wakil presiden 2024-2029, pada 20 Oktober 2024 .
Namun dalam isi karangan bunga itu, terdapat kritim satire.
Kini dilansir resmi dari akun Instagram @bemfisipunair, pembekuan itu akhirnya dicabut.
Dalam postingannya, BEM FISIP Unair menyatakan jika surat pembekuan resmi dicabut.
"Surat pembekuan BEM FISIP Unair RESMI DICABUT oleh Dekanat," ungkap tulisan postingan tersebut.