Beberapa di antaranya juga tidur di lantai beralas terpal.
"Setiap malam ada, pagi, siang. Jadi memanfaatkan ruang-ruang yang ada," kata dia, dikutip dari Kompas.com.
Balai Sekretariat RW 12 juga dilengkapi dengan kamar mandi umum yang bisa menampung 12 pria dan 12 wanita.
"Mandi tinggal mandi di belakang, airnya bersih," ujar Imron.
Baca juga: Dulu Viral Jualan Kue di Sekolah sampai Rela Bangun Jam 1 Pagi, Derlin Kini Sukses sampai Bisa Umrah
Salah satu warga, Agusyadi (50) menuturkan bahwa dirinya terpaksa menginap di balai tersebut karena rumahnya tidak cukup menampung anggota keluarga.
"Saya terpaksa tidur di sini (Balai Sekretariat RW 12), setiap malam tidur di sini," kata Agus.
Selama lima tahun terakhir, ia memilih tidur di balai sekretariat karena rumahnya yang berukuran 4 x 6 meter tidak cukup menampung 15 anggota keluarganya.
"Jadi saya memilih mengalah saja sama adik, tidurnya di sini," ungkap Agus, yang bersama warga lainnya menjalani kehidupan berbagi dalam kondisi yang penuh tantangan.
Meskipun situasi sulit, solidaritas di antara mereka tetap terjaga, menciptakan ikatan yang kuat di tengah kepadatan dan keterbatasan ruang hidup.
Kejadian serupa yakni satu rumah di Kota Cimahi, Jawa Barat, yang ditinggali 46 orang dan ada 14 KK, juga sempat viral di media sosial.
Rumah tersebut ada di Kampung Cisurupan, RT 02/07, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara.
Suasana sumpek langsung terasa saat memasuki sebuah rumah tersebut.
Rumah tersebut tambah terasa begitu sesak karena kondisinya sangat berdempetan dengan rumah lain.
Akses dari jalan raya menuju rumah tersebut hanya berupa gang sempit yang bisa dilalui satu sepeda motor.
Rumah sederhana tersebut memiliki dua pintu masuk, di bagian depan dan samping, tepatnya di sebuah gang yang lebih sempit.