Kemudian, Kanit IV Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, Kompol Jamal mengatakan, para pelaku membobol lubang kunci gembok pagar menggunakan kunci palsu yang dirakit dengan alat khusus.
Alat tersebut ditemukan saat pihaknya melakukan penggeledahan di kos mereka.
Ditemukan alat gerinda, palu, obeng, enam pelat nopol, dan STNK motor yang pernah dicuri para pelaku.
"Alatnya, menurut tersangka, mereka membongkar dengan kunci palsu. Bahkan kami menyita alat yang dipakai mereka membuat kunci T," kata Jamal.
Setelah membawa motor curian, para pelaku tak langsung menjual motor tersebut, melainkan disimpan dan disembunyikan terlebih dahulu di sebuah tempat persembunyian di kawasan Kenjeran Surabaya.
Ternyata, komplotan tersebut telah bekerja sama dengan penadah untuk mengambil motor tersebut di kos atau tempat persembunyian itu.
Metode semacam itu, disebut Jamal sebagai metode 'ranjau' sama seperti yang dilakukan oleh para pelaku bandar narkotika saat mengirimkan barang haram ke pelanggan.
Satu motor akan dihargai oleh penadahnya sekitar Rp 2,5 juta. Kemudian, para pelaku memperoleh pembagian uang hasil menjual motor curian sesuai kinerjanya, yakni khusus untuk eksekutor diberikan upah sekitar Rp 1,5 juta.
"Jualnya ke Surabaya. Motor itu ditaruh di kos, lalu diambil sama penadahnya. Iya (mirip metode ranjau dalam penjualan narkotika). Satu motor sekitar Rp 2,5 juta. Dia dapat pembagian Rp 1,5 juta," ujar Jamal.
Hingga kini, Jamal menyebutkan ada empat pelaku anggota komplotan tersebut yang identitasnya telah dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), termasuk sosok penadah, untuk diburu oleh anggota kepolisian seluruh wilayah Jatim.
"Dari beberapa TKP itu. Kami sudah dapat di tempat kos. Bisa kita lihat di kos itu, ditemukan STNK dan pelat nopol. Jadi motor disimpan dalam kos. Setelah beberapa hari disimpan dan dirasa aman. Motornya langsung dilempar. Masih kami kembangkan untuk mencari penadahnya," pungkasnya.
Sementara itu, tersangka AK mengaku memiliki kemampuan merakit kunci cadangan untuk memudahkannya membobol kos yang menjadi sasaran pencurian, diperoleh dari teman-temannya.
"Saya merakit sendiri kunci T. Kalau buat bobol gembok, saya merakit pakai alat gerinda. Saya samakan kunci yang biasanya. Saya coba-coba. Kunci kotak biasa, saya samakan. Ya belajar dari omongan ke omongan," ujar AK saat diinterogasi AKBP Jumhur di hadapan awak media.