“Kalau mau ada akses jalan, beli dong? Karena tanahnya punya orang. (Perkara penutupan jalan di Cakung Timur) akhirnya selesai damai. Nah, saya berharap seperti itu. Cuma, mereka (Sidik dan Puji) tetap bersikukuh,” ujar Sukarya.
Tak bisa melarang
Sukarya menegaskan, pihak kelurahan tidak bisa melarang Sidik menutup akses jalan di depan rumah Puji.
Pasalnya, jalan yang ditutup itu merupakan lahan milik ayah Sidik yang kini telah diwariskan kepadanya.
“Hari Minggu kemarin itu, saya enggak menyangka, ditutup semuanya. Tapi, saya enggak bisa melarang,” kata Sukarya.
Oleh karena tanah tersebut milik pribadi, Sukarya kembali menyerahkan persoalan ini ke Sidik dan Puji untuk diselesaikan secara kekeluargaan.
“Kalau menutup itu, saya enggak akan bisa menghalangi. Karena tanah privat ya, tanahnya dia sendiri. Walaupun ceritanya panjang. Saya enggak akan bisa masuk ke ranah itu,” ujar Sukarya.
Mediasi kelima
Meski demikian, Sukarya mengungkapkan, Kecamatan Kramatjati akan menggelar mediasi kelima antara Puji dan Sidik pada Rabu (7/8/2024) hari ini.
Mediasi tersebut akan dipimpin oleh Pelaksana Tugas Camat Kramatjati, Kamal Alatas.
“Rabu besok (hari ini) mediasi kelima, sekitar jam 13.00 WIB di kantor kecamatan,” ujar Sukarya.
Kronologi jalan ditembok
Nasib warga di Jakarta Timur, yang akses jalan rumahnya ditembok oleh ahli waris tetangga.
Keluarga Puji Rahayu (49) warga Cililitan, Jakarta Timur kini kesulitan untuk mengakses jalan keluar.
Karena akses yang selama ini ia gunakan ditembok oleh ahli waris dari Muhammad Ali atau Engkong Ali sang pemilik tanah.
Sebab, saat dahulu Puji sempat meminta izin ke Engkong Ali secara lisan dan diperbolehkan karena tak nyaman rumahnya dekat Rumah Pemotongan (RPH) anjing.
Baca juga: Curhat Sunarto Ponorogo Akses Rumahnya Ditembok Margono: Motor Dititipkan, Lewat Satu Orang susah
Permintaan ini disampaikan Puji sebelum tahun 2000-an, jauh sebelum anak Engkong Ali, Mohamad Sidik (42), menutup total akses jalan tersebut.
“Mungkin, (keluarga) Ibu Puji kurang nyaman. Karena ada pemotongan hewan B1. Akhirnya, dia minta tolong ke belakang rumahnya, karena ada tanah yang luas yang bisa menghubungkan ke kelurahan,” kata Lurah Cililitan, Sukarya, kepada Kompas.com saat ditemui di Kantor Lurah Cililitan, Senin (5/8/2024).
Seiring berjalannya waktu, keluarga Puji merenovasi rumah dengan memindahkan bagian depan tempat tinggalnya.
Sebelumnya, teras depan rumah Puji merupakan kamar mandi.
Usai renovasi ini, akses jalan yang sebelumnya harus melalui tempat pemotongan hewan tidak terlalu difungsikan oleh keluarga Puji.
Namun, Sukarya menyebut, izin pembukaan akses jalan yang tanahnya milik Engkong Ali itu hanya sekadar lisan.
Tidak ada perjanjian tertulis bahwa Engkong Ali akan terus membuka jalan tersebut.
“Itu kan (dulu) sepi, karena sudah berpuluh-puluh tahun, timbul kehidupan di situ. Nah, saya tanya, 'Bu Puji waktu diberikan jalan itu, ada hitam di atas putih enggak?', 'Enggak, (Engkong Ali mengatakan) pakai saja neng’,” kata Sukarya menirukan percakapannya dengan Puji.
Sementara, tanah yang semula milik Engkong Ali itu kini sudah diwariskan ke putranya, Mohamad Sidik.
"Ini saya tanya lagi Pak Sidik, 'Pak Sidik, itu jalan yang masuk (yang kini ditutup) itu, jalan umum bukan?', 'Bukan, Pak, jalan umum yang di depan’. Itu maksudnya yang ada pemotongan B1,” tambah Sukarya menirukan percakapan dengan Sidik.
Diberitakan sebelumnya, jalan di depan rumah warga bernama Puji Rahayu ditutup oleh keluarga pemilik tanah, yakni Mohamad Sidik, pada Minggu (5/8/2024).
Mohamad Sidik adalah salah satu ahli waris dari pemilik tanah yang merupakan ayahnya sendiri, Muhammad Ali atau akrab disapa Engkong Ali.
Puji menyampaikan, penutupan ini mengakibatkan dia dan keluarganya terdampak.
Setidaknya, ada dua rumah berisi delapan kepala keluarga (KK) dengan jumlah keseluruhan 21 orang yang terimbas penutupan jalan tersebut.
Setelah jalan di depan rumahnya ditutup, Puji Rahayu hanya mempunyai satu akses keluar, yakni melewati rumah tetangganya. Tetangganya ini juga masih mempunyai ikatan keluarga dengan Puji.
Akibat penutupan jalan ini, seorang pria lansia yang merupakan paman atau adik kandung dari ibu Puji tidak bisa lagi berjemur dan berolahraga.
Padahal, ungkap Puji, pamannya memang rutin berolahraga dengan berjalan kaki usai terserang stroke.
“(Sebelumnya) masih suka keluar, ya berjemur. Sekarang bagaimana (setelah ditutup)? Cuma dari tempat tidur, terus ke depan (teras)? Ibu saya kan juga pengin adiknya sembuh (total),” tutur dia.
Selain pamannya, Puji menyebut, masih ada satu lansia lagi yang terisolasi akibat penutupan akses jalan ini.
Puji juga merasa kesal karena ada tiga anak yang merupakan keponakannya tidak bisa lagi berangkat ke sekolah imbas penutupan jalan.
Baca juga: Pengantin Ijab Kabul di Atas Motor Trail, Mahar Beras 10 Kg hingga Uang Rp29 Ribu, Saksi Geber Gas
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id