Berita Viral

23 Tahun Hilang, TKW Tarsinah Nangis Bisa Pulang Bertemu Ibunya, Keluarga Tak Salah Tolak Santunan

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

23 Tahun Hilang, TKW Tarsinah Nangis Bisa Pulang Bertemu Ibunya, Keluarga Tak Salah Tolak Santunan

"Ya pasti bahagia banget, enggak bisa diceritakan."

"Kami keluarga sangat menanti selama 22 tahun, akhirnya bisa bertemu. Saya sangat sedih, terharu, dan juga bahagia," ujar Waenah.

Baca juga: 30 Tahun Dikira Meninggal, Mbah Wiji Nangis Lihat Wajah Marmi Masih Hidup, Pelukan Haru: Kangen

Menurut Waenah, selama 23 tahun, keluarga hanya bisa menggantungkan harapan pada doa.

Bahkan saat isu kematian Tarsinah tersebar, keluarga tetap yakin bahwa ia masih hidup.

"Sempat juga keluarga mau diberi santunan dari Jasa Raharja, tapi kami menolaknya karena masih yakin kakak saya masih hidup," ujarnya.

Dalam kepulangannya, Tarsinah hanya mampu menatap kosong, seolah tak percaya bahwa dirinya benar-benar telah kembali.

"Setelah pulang, saya sangat bahagia bertemu keluarga, pokoknya banyak bahagia," kata Tarsinah singkat dalam wawancara.

Kepulangan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa.

"Kami berterima kasih kepada pemerintah Desa Gebang Ilir, Pak Kuwu, Bu Kuwu, dan Pak Ulis, semuanya yang telah membantu proses kepulangan kakak saya," kata Waenah.

Sebelumnya juga viral kisah Mbah Wiji (94) bertemu putri sulungnya Marmi (74), setelah 30 tahun mereka tak bertemu.

Warga Dusun Umbut Sewu, Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut tersebut memeluk tubuh anak yang sempat dikiranya sudah meninggal dalam bencana tsunami Aceh 2004 tersebut.

"Anak selama ini tidak tahu keberadaannya, tiba-tiba muncul," kata Mbah Wiji terharu, Senin (29/4/2024), seperti dikutip dari Tribun Jatim.

Terpisahnya anak dan ibu selama puluhan tahun tersebut bermula ketika Marni pergi ke Riau sekitar tahun 1975 atau 1976.

Marni yang ketika itu ditemani oleh sang suami Samani dan dua anaknya masih kerap berkirim surat ketika pindah.

Mereka benar-benar putus kontak di tahun 1990-an. Bahkan Mbah Wiji dan keluarga di Tulungagung kemudian menerima kabar bahwa Marni telah menjadi korban tsunami tahun 2004.

Halaman
123

Berita Terkini