Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Lu'lu'ul Isnainiyah
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Dusun Sumbernongko, Desa Pagak, menjadi satu-satunya desa yang memproduksi alat masak dari alumunium di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Usaha tersebut sudah ditekuni warga sejak tahun 1990.
Jaenab (48) merupakan satu perajin alumunium yang masih bertahan hingga saat ini.
Ia meneruskan usaha turun temurun dari kakek dan neneknya.
"Di sini mulai tahun 1990, saya turun temurun dari kakek dan nenek," kata Jaenab ketika dikonfirmasi, Senin (13/1/2025).
Untuk menghasilkan alat memasak berupa panci, wajan, oven, hingga dandang bakso, ia mempekerjakan delapan karyawan.
Dalam sehari, ia mampu menghasilkan 50 buah alat dapur dari yang berukuran kecil hingga besar.
Harganya cukup bervariatif, mulai dari rentang harga Rp 40 ribu per buah hingga yang paling besar Rp 3,5 juta.
Dikatakannya, ia hanya mampu memproduksi sejumlah itu.
Sebab untuk membuatnya, ia masih menggunakan alat secara manual.
Selanjutnya, ia memasarkan hasil produksinya ke wilayah Kecamatan Pagak hingga ke wilayah Malang.
Dirinya mengklaim, produksinya ini memiliki ketebalan yang lebih unggul dibanding panci lainnya.
"Di sini ketebalannya dari setengah mili sampai lima mili," tuturnya.
Namun, produksi alat masak milik Jaenab ini belum memiliki label.
Sehingga, ke depannya ia sedang berupaya membuat label ke dinas terkait.
Baca juga: Rina Handmade, UMKM di Bondowoso yang Berdayakan Ratusan Perempuan Lewat Produksi Aksesori Ngaben
Secara terpisah, Sekretaris Desa Pagak, Naroji menjelaskan, ada 11 perajin alumunium di Dusun Sumbernongko.
Ia membenarkan untuk hasil produksi alumunium belum memiliki label.
"Di sini belum ada lebelnya, makanya masyarakat belum bisa melabel sehingga ini kami dari desa mendorong warga untuk mengurusnya," tutur Naroji.
Dengan adanya label, Narjo berharap produk alumunium dari Dusun Sumbernongko bisa lebih berkembang.
Kemudian bisa mengangkat perekonomian warga.
"Termasuk bisa menghandel warga sekitar yang biasanya pengangguran untuk bisa ikut di industri ini," urainya.
Ke depan, ia berharap di dusun ini bisa dijadikan sentra perajin alumunium.
Maka, hasil olahan alumunium bisa lebih luas dikenal masyarakat Kabupaten Malang dan sekitarnya.
Karena saat ini, pemasarannya sudah ke Blitar, hingga ke Tulungagung.
Naroji yakin hal ini bisa terwujud.
Sebab, perajin alumunium hingga puluhan tahun masih bertahan untuk memproduksinya.
"Sebagain besar mereka tidak punya ladang pertanian, dan ini menjadi satu-satunya usaha yang dilakukan untuk menopang kehidupan sehari-hari," tukasnya.