TRIBUNJATIM.COM - Mayor Teddy bertindak menanggapi curhatan siswa SD yang viral di media sosial.
Dalam sebuah video, siswa tersebut mengatakan ditelantarkan guru-gurunya selama satu bulan.
Alhasil, dia dan teman-temannya tak belajar selama itu pula.
Sekretariat Kabinet itu lantas bergerak.
Guru-guru tersebut pun terancam mendapatkan sanksi.
Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com
Baca juga: Guru Supandi Dibangunkan Rumah Rp100 Juta oleh Kang Dedi, Dulu Dicerai Istri karena Gaji Rp200 Ribu
Baru-baru ini curhatan siswa SD di Nias yang mengeluh terkait gurunya tidak ada datang mengajar di sekolah nyaris sebulan viral di media sosial.
Terkini nasib sembilan guru yang diantaranya berstatus ASN, PPPK dan tidak tetap itupun terancam sanksi.
Kepala Dinas Pendidikan Nias, Kharisman Halawa, mengatakan telah turun tangan dan sedang dalam proses pemeriksaan terhadap seluruh guru yang mengajar.
Di sana terdapat 3 guru berstatus aparatur sipil negara (ASN), 2 guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), dan 4 orang guru tidak tetap.
Bila terbukti lalai, mereka akan diberi sanksi disiplin sesuai dengan peraturan yang berlaku.
"Hukumannya disiplin PNS, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 94 tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil," kata Kharisman dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (18/1/2025).
Sebelumnya sebuah video keluhan siswa SD di Kabupaten Nias, Sumatera Utara terkait gurunya tidak ada yang mengajar di sekolah.
Dimana dalam video tersebut, siswa SD negeri itu mengungkap bahwa tak ada guru yang mengajar di sekolahnya.
Bahkan para siswa yang semangat datang ke sekolah itu sudah nyaris satu bulan tak belajar.
Baca juga: Alasan 9 Guru SD Ogah Ngajar hingga Murid Terlantar, Sekolah Tak Ada Listrik, Harus Jalan Kaki 2 Jam
Diketahui sekolah tersebut bernama SDN No 078481 Uluna'ai Hiligo'o Laowo Hilimbaruzo Idanogawo, Kabupaten Nias, Sumatera Utara.
Dalam video yang dibagikan akun TikTok @Risman_lase_, terlihat seorang siswa SD merekam suasana di SDN tersebut.
Sekolah yang masih beralaskan tanah itu terlihat hanya dihuni beberapa murid saja.
Diungkap sang murid, para guru sudah lama tidak datang ke sekolah.
"Halo bapak ibu, ini sekolah, ini keadaan gurunya, tidak ada, gurunya sama sekali tidak ada," ungkap sang siswa SD perekam, dilansir Tribun-medan.com dari TribunnewsBogor.com, Jumat (17/1/2025).
Bergerak ke arah ruangan sebelah ruang kelas, sang siswa memperlihatkan kondisi ruang guru.
Dalam rekaman tersebut tampak ruang guru tidak ada siapapun.
Di ruang guru tersebut hanya terdapat berkas usang yang diletakkan di lemari.
"Ini kantor, gurunya tidak ada sama sekali, satu orang pun," ujar sang siswa.
Sambil merekam, siswa SD tersebut bertanya ke rekannya terkait kondisi sekolah.
Siswa SD itu lantas curhat soal keadaan miris kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut yang bak mati suri.
Sebab diakui sang murid, para guru sama sekali tidak pernah datang ke sekolah hampir satu bulan.
"Gimana keadaan guru kalian?" tanya siswa SD.
"Keadaan guru kami tidak ada satu pun, cuma sering-sering tidak ada mereka pun, satu hari aja pun tidak ada, satu pun guru tidak ada," ujar murid yang lainnya.
Tak hanya itu, sang siswa juga mengurai kebobrokan sang guru.
Yakni para guru hanya datang ke sekolah untuk membunyikan lonceng saja lalu pergi lagi.
Hal tersebut seolah memberi harapan palsu bagi para murid yang semangat bersekolah.
"Kalau datang guru kan, dipukul lonceng, padahal saya enggak dikasih pelajaran, cuma dipukul lonceng, udah pergi mereka. Udah satu bulan aja enggak ada mereka. Senin, Selasa, Rabu tidak ada. Sedikit lagi satu bulan, tidak ada mereka. Seperti itu sekolah kami," kata siswa SD.
Melalui video singkat itu, sang murid juga membagikan kondisi ruang kelas yang berantakan.
Tak seperti sekolah negeri lain di kota-kota besar, SD tersebut tampak dipenuhi debu dengan fasilitas sederhana.
Bahkan papan tulis di sekolah tersebut juga masih menggunakan papan tulis kapur.
Kendati demikian, sekolah tersebut berdiri kokoh dengan atap dan bangunan yang utuh.
"Ini gais, ini anak sekolah. Ini anak sekolahnya tidak ada, karena malas guru," ujar sang siswa SD.
Di sisi lain, Guru Supandi berjalan kaki 12 kilometer demi mengajar.
Kendati demikian, dia tetap semangat mengajar setiap hari.
Mirisnya, gaji yang didapatkannya dari mengajar hanya Rp200 ribu per bulan.
Baca juga: Guru Cuma Bunyikan Lonceng, Siswa SD Curhat Semangat ke Sekolah Meski Tak ada yang Mengajar: Palsu
Menurut narasi yang beredar, guru honorer Supandi itu hanya menerima gaji Rp 200 ribu per bulannya.
Meski begitu, Supandi tetap memilih mengajar dengan sukarela.
Seperti pepatah mengatakan, “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Persis seperti yang dialami Supandi.
Tak ayal, kini sosok Supandi atau Pak Empan ini dikenal sebagai sosok inspiratif bagi pelajar dan masyarakat sekitarnya.
Belakangan kisah pilu Supandi itu viral, seperti dibagikan akun Instagram @sukabumitoday dan @kitabuku.id, dikutip Tribunjabar.id, Sabtu (18/1/2025).
Dalam unggahan tersebut menceritakan kisah perjuangan Supandi demi mengajar para muridnya.
Sehari-hari pria yang akrab disapa Pak Empan itu bekerja sebagai guru honorer.
Baca juga: Gaji Guru Haryati Ternyata Rp 600 Ribu, Ngaku Tak Niat Zalimi Siswa: Hukuman Duduk di Lantai Pantas
Namun, untuk mengajar ia harus menempuh perjalanan belasan kilometer.
Langkahnya untuk menebar ilmu penuh perjuangan dengan kerelaannya berjalan kaki sejauh 12 kilometer setiap harinya.
Diketahui Supandi tinggal di Kampung Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Ia mengajar di sebuah MTs bernama Thoriqul Hidayah.
Momen Supandi jalan kaki 11 kilometer dari rumahnya ke sekolah itu dibagikan dalam video tersebut.
Pak Supandi bersiap setelah subuh untuk menuju ke sekolah.
Ia mengenakan kemeja putih, celana panjang dan jaket hitam.
Supandi juga menggendong sebuah tas ransel di punggungnya.
Saat tiba di sekolah, rasa lelah Supandi setelah menempuh perjalanan bak terobati saat disambut para muridnya di kelas.
Satu per satu muridnya menyalaminya saat tiba di sekolah.
Dalam video yang beredar itu juga Supandi mengurai kisah perjuangannya tersebut.
Supandi mengaku untuk pergi mengajar ia memang sering dibantu warga sekitar untuk bisa sampai ke skeolah menggunakan kendaraan.
Ia pun berterima kasih kepada para warga dan pengendara yang membantunya.
Namun ternyata bantuan warga itu pun tidak menentu setiap hari diterimanya.
Jika tak ada bantuan warga, ia tetap berjalan kaki sendirian menuju sekolah demi mengajar.
"Bapak jalan? berapa kilo?" tanya warga.
"Jalan, dari Bojongopang 3 km, dari bojongopang ke bojongtipar 8 km," ujar Supandi alias Pak Empan.
"Kalau udah kenal mah, orang mah kasihan lihat saya jalan kaki," sambungnya.
Meski penuh perjuangan, Supandi tetap tegar menjalani profesinya tersebut.
Bagi Supandi, menjadi guru adalah panggilan hati, bukan semata-mata pekerjaan.
Diketahui Supandi sudah mengajar sejak tahun 2011 silam.
Ini artinya ia sudah mengabdikan dirinya sebagai guru selama 14 tahun.
Baca juga: JATIM TERPOPULER: Kondisi Guru Motornya Dibakar Siswa - Suasana Sidang Sengketa Pilgub Jatim 2024
Meski begitu, ternyata hingga kini ia masih berstatus sebagai guru honorer.
Bahkan gaji yang diterima Supandi cukup miris.
Ia mengaku menerima gaji tak sampai Rp 200 ribu per bulannya.
"Rata-rata per bulan dapat Rp192 ribu. Kalau honorer kan setidaknya, saya bukan cari final seperti itu kan, cuma untuk menyumbangkan yang saya bisa," ungkapnya.
Terkait pendapatannya sebagai guru honorer tersebut, Supandi tak punya banyak pilihan, selain bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT.
"Itu rezeki dari Allah. Saya selalu memberikan prinsip kepada anak, kalau punya ilmu dikembangkan. Jangan dulu mencari finansial, tapi pengalaman. Rezeki itu ada dari mana saja. Contoh saya dari 2011 sampai sekarang, kalau yang mengaturnya Tuhan, ada saja. Kadang berkebun di sawah, peninggalan orang tua (jika libur)," paparnya.
Supandi sendiri tidak menutup diri jika ada bantuan yang dapat mempermudah dirinya dalam perjalanan ke sekolah, supaya tidak terlalu lama karena berjalan kaki.
Dikutip dari TirbunBogor, diketahui, Supandi guru honorer ini hanyalah lulusan STM di tahun 1993.
Lantaran cuma lulusan sekolah menengah, karena itulah Supandi tidak bisa mendaftar menjadi guru PPPK atau PPG.
Kendati demikian, Supandi punya kemampuan yang mumpuni dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah.
Kini, kisah pilu Supandi atau Pak Empan guru honorer di Sukabumi yang digaji kurang dari Rp 200 ribu per bulan hingga harus jalan kaki 11 kilometer itu viral dan menyita perhatian publik.
Tak sedikit warganet yang prihatin dan miris dengan perjuangan guru honorer tersebut.
Sejumlah warganet pun mendoakan guru honorer tersebut agar mendapatkan rezeki melimpah.
-----
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com
Berita Jatim dan berita seleb lainnya.