"Kalau dulu (pendapatan) bisa sampai Rp600.000-500.000, kalau sekarang paling mentok Rp400.000-300.000," imbuh dia.
Baca juga: Emosi Said Didu Ikut Turun Tangan Cabut Bambu Pagar Laut Tangerang: Para Oligarki Kalian Biadab!
Pendapatan bersih Ardhi pun tak menentu, berkisar Rp100.000-300.000 dalam sehari.
Melambungnya harga bahan baku seperti cabai belakangan ini, membuat Ardhi terus memutar otak untuk menyiasati usahanya.
"Kalau masalah pengeluaran tergantung dagangannya sih, kalau lagi ramai ya alhamdulillah, kalau sepi, modal diirit-irit," tutur Ardhi.
Jika dagangannya tidak habis, Ardhi memilih menyumbangkan ke anak-anak jalanan di sekitar Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Ardhi sendiri sudah berdagang nasi kuning sejak enam tahun lalu atau pada 2019.
Ia mengatakan, dirinya memiliki dua anak dan seorang istri yang tinggal di Garut.
Meski dagangannya sedang menurun, ia selalu berusaha mengirimkan uang untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya.
Sampai saat ini, dia menjajakan dagangannya sekitar RSUD Kramatjati.
Jika dagangannya tak habis, Ardhi memilih menyumbangkan kepada anak-anak jalan di sekitar Flyover Pasar Rebo, Jakarta Timur.
"Kalau enggak habis, kita bagikan kepada orang-orang yang ada di bawah Flyover Pasar Rebo," tutur Ardhi.
Senada dengan Ardhi, pedagang nasi kuning di Kramatjati, Jakarta Timur, Amiruddin (21), juga bertaruh dengan cuaca dalam berdagang.
Jika dagangannya ludes, Amiruddin bisa mendapat omzet Rp750.000 dalam satu hari.
"Rp750.000 kalau ramai, paling kecil Rp400.000 sehari. Tetapi itu tergantung cuaca juga karena sekarang musim hujan setiap pagi, jadi kadang sepi," kata Amiruddin.
Dikurangi dengan biaya bahan baku dan operasional, dalam sehari pendapatan bersih Amiruddin mencapai Rp200.000-300.000.
Meski pendapatannya menurun, Amiruddin bersyukur masih bisa mengirimkan uang ke orang tua di Garut.
"Alhamdulillah cukuplah, untuk kebutuhan sehari-hari dan kirim orang tua setiap bulannya," tambah Amiruddin.
Amiruddin menambahkan, ia terpaksa membuang dagangannya jika tidak habis, karena tak bisa dikonsumsi untuk hari berikutnya.
"Enggak habis buang saja, enggak bisa buat besoknya kalau nasi, pasti basi sih," kata dia.
Sementara, Dedi (45), pedagang warung nasi yang sejak tahun 2003 menjajakan sayur matang di Kampung Tengah, Kramatjati, mengeluhkan pendapatannya yang setiap tahun terus menurun.
"Kalau dulu Rp350.000-Rp400.00 sehari omzet. Kalau sekarang sepi, mau dapat Rp200.000 saja susah," tutur Dedi.
Jumlah Rp200.000 ini pun belum dikurangi dengan pengeluaran untuk bahan baku dan biaya operasional.
Dedi pun khawatir dengan melonjaknya berbagai harga bahan baku seperti cabai.
Kenaikan harga barang akan semakin menekan pendapatan bersih Dedi.
"Bahan baku juga naik, sekarang cabai yang mahal," tambah Dedi.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com