Yakni jalan yang ada di Dusun Tembang, Desa Buddi, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean.
"Infrastruktur jalan itu sangat dibutuhkan, murid yang sekolah juga sangat membutuhkannya," tutur Hamsul.
Hamsul mengatakan, mayoritas guru memilih menginap di sekitar sekolah, baik di rumah warga maupun di kantor sekolah.
Ia hanya pulang ke rumah setiap akhir pekan, biasanya ia Sabtu sore pulang, dan kembali ke sekolah pada Minggu sore.
"Untuk jaga-jaga, kalau hujan deras sudah pasti terlambat ke sekolah, jadi memilih menginap," ucap Hamsul.
Baca juga: Barkah Pakai Kayu Bakar Saking Sulitnya Dapat Gas Elpiji 3 Kg, Aminah Makan Terong Setengah Matang
Hal yang sama juga diceritakan guru lainnya di SDN Buddi, Abdul Rahem (48).
Ia menyebut akses jalan menuju desa masih sangat minim pembangunan.
Dari arah Kecamatan Arjasa, hanya ada pengaspalan sepanjang dua kilometer.
Sementara dari Desa Buddi menuju Arjasa, hanya tersedia satu kilometer pengaspalan dan satu kilometer rapat beton.
"Jadi, sekitar 14 kilometer masih belum tersentuh pembangunan apapun," ungkap Abdul.
Akibatnya, mobilitas ekonomi dan pelayanan kesehatan dari kecamatan menuju desa atau sebaliknya menjadi terkendala.
Sebab, satu-satunya jalan poros kabupaten yang ada tidak bisa dilalui oleh kendaraan.
Mayoritas para guru yang mengajar di SDN Buddi, terutama mereka yang dari luar desa setempat, memilih menginap di sekitar sekolah.
Di antara mereka ada yang ngekos di rumah warga yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.
Ada pula yang istirahat atau bermalam di kantor sekolah dan pulang setiap akhir pekan.